"Kebahagiaan singkat ini begitu berarti untukku."
Amanda Chaterine Williams
☘☘☘☘☘
St. John, Virgin Island
Jet pribadi pemilik giant company itu mendarat mulus di landasan pacu. Mobil yang akan mereka tumpangi menuju villa sudah terparkir rapi di dekatnya. Mereka turun dari sana dan langsung menaiki mobil mewah itu. Koper mereka ditata rapi di bagasi oleh orang kepercayaan mereka. Tak perlu memakan waktu lama, mobil mereka memasuki kawasan villa pinggir pantai yang menampilkan pemandangan indah.
"Wah, sampai juga," tukas wanita paruh baya itu.
"Hem... perjalanan yang melelahkan, Sayang?" tukas pria paruh baya bermata cokelat seraya merengkuh pinggang wanita itu posesif.
"Lihatlah keposesifanmu, Richard! Aku yakin itu mengalir dalam diri putra-putramu," ucap pria paruh baya beriris biru itu sambil terkekeh.
"Shut up, Thomas!"
Perdebatan kecil itu terkesan lucu sampai membuat mereka tergelak. Putra bungsu Tn. Richard hanya tersenyum simpul dan pergi memilih kamarnya diikuti Amanda dan juga Andrew.
"Daddy sudah memilih kamar itu, David!"
David menoleh. "Ct! Sejak kapan? Aku yang pertama masuk kesini!"
"Sejak Daddy merencanakan liburan ini. Hush! Sana cari kamar lain!" titahnya dengan tangan terayun. David mencebik kesal sambil menggerek kopernya.
"Aku lebih dulu memilih ini, David!" seru Amanda.
"Tapi aku lebih dulu memegang handlenya. Kau lihat?!"
Tatapan Amanda mengamati tangan David. Memang tangan itu memegang handle. Tapi yang menghadap pintu saat ini adalah Amanda. David baru saja datang saat Amanda sudah di depan pintu. Gadis berusia 19 tahun itu menggeram kesal sembari melirik David dengan tajam.
"Okay!" ketus Amanda dengan mengeratkan rahangnya.
Amanda mengerucutkan bibirnya tanda kesal. Ia pun membalik badan seraya menggerek kopernya. Baru saja akan mengambil langkah, tangan kekar mencekal lengannya. Ia pun menoleh menatap pria itu.
"Karena aku pria yang baik hati, maka baiklah aku mengalah," tukas David lalu melenggang pergi dan memilih kamar yang tepat berhadapan dengan kamar Amanda. Gadis bersurai cokelat itupun menggeleng pelan dan masuk ke kamarnya.
Mereka menata barang dan membersihkan diri. Berendam air hangat mungkin akan menjadi pilihan utama sekarang. Perjalanan mereka memang melelahkan. Setidaknya dengan berendam mampu merilekskan otot-otot mereka yang menegang.
"Sayang! Ayo semuanya turun ke bawah! Kita akan makan malam. Ayo!" teriak Mrs. Millene menginterupsi.
Dengan pakaian casual, dua pria dan satu gadis itu menuruni anak tangga begitu antusias. Gadis itu menghamburkan diri memeluk sang papa. Dua pria di belakangnya tersenyum simpul melihat kelakuan gadis itu yang menggemaskan.
"Papa! Kita akan makan apa malam ini, hem?" sahut Amanda saat mereka akan sampai di mobil.
"Pastinya kamu akan suka," jawab Tn. Thomas sambil mengacak puncak kepala putrinya gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Down [The Rest Of Life]
Romance#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat sinar mentari di pagi hari menampakkan segala aktivitasnya. Taburan bintang di langit malam dengan se...