PART 42

142 11 0
                                    

"Kembali, namun berbeda."

Anthonio Luther Davidove

🍁🍁🍁🍁🍁

    Wanita paruh baya yang berstatus kepala mansion itu mondar-mandir resah. Sesekali ia menggigit jarinya sendiri sembari memasang mimik cemas dan ragu. Eduardo Frederick, pria berusia 33 tahun itu gemas melihat kelakuan wanita itu. Ia pun berjalan menghampirinya.

"Kau mondar-mandir tak jelas sedari tadi, ada apa?"

"Ed, Tuan David sudah dua hari tidak keluar kamar sama sekali," tukasnya dengan nada parau.

Eduardo melotot. "Sama sekali?"

Mariah mengangguk. Eduardo berjalan cepat menuju kamar pria bernama David itu diikuti Mariah. Ia berhenti di depan pintu. Dia tidak tahu jika tuannya mengurung diri. Karena Eduardo harus mengurus perusahaan. Eduardo pikir, tuannya hanya ingin tidak masuk kerja saja, tapi ternyata. Oh, David! Dia seperti anak kecil yang merajuk hingga mengurung diri di kamarnya.

"Haruskah?" tanya Mariah ragu.

Eduardo mengangguk mantap. Mariah membuka pintu kamar David dengan kunci cadangan. Mereka berjalan mendekat pada ranjang. David masih meringkuk di atas ranjang dengan seprei, selimut, bantal, dan guling yang acak-acakan. Kaki Mariah melangkah pasti mendekati tuannya. Disentuhnya kening David, karena ia melihat bibir David yang pucat pasi. Astaga! David sedang demam. Merasa ada yang mengusiknya, David menggeliat. Dengan mata sayu ia menatap Mariah dan Eduardo yang berdiri di dekatnya.

"Kenapa kalian disini?" tukasnya dengan suara serak.

"Tuan. Anda demam. Ed, panggil Dokter Kevin kemari!"

"Tidak perlu! Pergi kalian! Keluar dari kamarku!!" pekik David.

Mariah terlonjak kaget. Namun rasa nyeri dalam hatinya saat melihat keadaan David lebih menguasai dibanding rasa takut pada kemarahan tuannya. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat.

"Saya tetap akan memanggil Dokter Kevin kemari, Tuan," serunya mantap.

"Apa kau ingin ku pecat?!" Namun Mariah melenggang pergi tanpa menghiraukan ucapan David. "Mariah!!"

"Bagaimana keadaan Tuan, Dok?" tukas Eduardo penuh harap.

Dokter Kevin menatap David yang sudah terlelap dengan selang infus yang menancap di tangannya. Dokter Kevin sengaja memberikan bius karena David terus memberontak saat akan diperiksa.

"Tuan mengalami dehidrasi, Ed. Apa yang terjadi pada Tuan? Kenapa Tuan sampai depresi?"

Eduardo memeguk salivanya. "Tuan sudah mendapatkan kembali ingatannya, Kevin. Kepergian Nona Amanda semakin memperburuk mentalnya."

Dokter Kevin sedikit tersentak mendengar paparan Eduardo. Mariah menangis melihat keadaan tuannya yang hancur. Setelah menjelaskan apa yang harus dilakukan David, Dokter Kevin undur diri. Dengan langkah berat, Mariah mendekat pada David yang tertidur. Eduardo dan Reynand menatap tuannya miris. Mereka pun melenggang dari sana. Mariah duduk di tepi ranjang David.

Kenapa anda harus seperti ini, Tuan? Saya sangat menyanyangi Anda seperti anak saya sendiri. Anda adalah anak yang tampan dengan sejuta keunikan. Cepatlah sembuh fisik dan perasaan Anda. Saya selalu mendukung Anda. Paparan batin Mariah terus terangkai sembari tangannya mengusap lembut wajah David yang begitu damai.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang