PART 61

195 12 0
                                    

    Suara tawa bahagia terdengar lebih dekat tertangkap indera pendengaran wanita paruh baya yang tengah sibuk menata sarapan pagi. Wanita itu menarik senyum lantaran suara itu begitu familier untuknya. Ia berjalan keluar dari ruang makan dan menemukan sosok pasutri yang terlihat lelah karena suatu perjalanan. Tapi wajah mereka tak menunjukkan hal itu, malah kebahagiaanlah yang terpatri begitu jelas diraut mereka.

"Mommy!"

"Oh, Amanda." Mereka berpelukan melepas rindu, lantaran pasutri itu baru menjajakkan kaki mereka di mansion megah ini setelah tiga minggu lamanya menghabiskan waktu berdua. Wanita paruh baya itu meminta Amanda bergegas bebersih, lalu kembali untuk sarapan bersama.

"Mama, Papa, dan Daddy juga akan bergabung. Cepat!"

Mereka berjalan beriringan menaiki tangga. Sangat mesra, jika kalian bisa melihat langsung adegan itu. Pengawal pribadi dan sekretaris itu membawakan koper mereka hingga ke dalam kamar.

"Reynand!" tukas Amanda saat melihat pengawal pribadinya. Ia berlari dan memeluknya erat. "I've missed you so much, Rey!"

Pria yang berstatus suaminya itu menatap Reynand tajam. Reynand meneguk salivanya dan berdehem sehingga nyonya mudanya mengurai pelukan. Sekretaris Anthonio Luther Davidove itu menahan tawanya.

"Kau tidak merindukanku, Rey?"

"Tidak," jawab David. Amanda menoleh cepat pada suaminya dengan bibir mengerucut. "Dia selalu melihatmu selama tiga minggu ini."

"Ee? Kenapa kau tidak pernah menemuiku?"

David berjalan mendekat dan merengkuh pinggang istrinya begitu posesif. "Itu tidak penting, Sayang. Yang penting, ayo mandi! Kita akan sarapan bersama," tukasnya di ceruk leher Amanda. Wanita itu mengangguk. Sekretaris dan pengawal pribadi itu berpamitan.

"Millene, kau datang tepat waktu."

Nyonya Millene tersenyum lantas memeluk sahabat sekaligus besannya itu. "Dimana mereka?"

"Sebentar lagi juga turun," balasnya sambil melepas pelukan.

Mereka duduk di kursi yang melingkari meja panjang ini. Sudah banyak menu sarapan yang disajikan. Cuaca di luar sana terlihat cerah. Tak ada gumpalan abu-abu. Hanya beberapa awan putih dan langit biru. Sembari menunggu David dan Amanda bergabung, mereka membuka percakapan.

"Jadi, Chleo. Apakah kita akan mempunyai cucu dalam waktu dekat?" tukas Nyonya Millene sambil terkikik.

"Jangan berharap dulu, Millene. Biarkan saja mereka. Tidakkah kau lihat putrimu baru saja merasakan kebahagiannya."

"Iya iya, Richard. Aku juga tidak ingin memaksa mereka."

Amanda dan David sudah menyelesaikan mandinya dan siap untuk sarapan bersama. Amanda bergelayut manja di lengan David. Mata biru itu berbinar melihat pemandangan indah disana. Kedua orang tua dan mertuanya berkumpul begitu damai.

"Mama!"

"Oh, Sayang!"

Mereka memulai acara makan pagi dengan suasana hati yang begitu menyenangkan. Sesekali tawa terdengar dari mulut mereka.

"Mommy, Kak Andrew tidak kesini?" tanya Amanda sembari memotong daging steaknya.

"Dia kembali ke Paris dua hari setelah pernikahan kalian. Dia bilang sedang banyak pekerjaan. Sebenarnya Mommy juga tahu jika kakak kalian itu sedang menyembunyikan kesedihannya," tukas Ny. Chleo.

Amanda diam menatap mertuanya sedang menundukkan kepala. David mengelus punggung tangan istrinya. Amanda membalas dengan tersenyum pahit.

"Sudahlah, Mommy. Lagi pula Andrew juga sudah dewasa. Dia akan menemukan jalan hidupnya sendiri," seru David.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang