PART 29

150 13 0
                                    

    Mobil sport hitam itu melaju dengan kecepatan rata-rata. Penumpangnya tampak lelah dengan harinya. Dia baru saja bertemu dengan kliennya dari Dubai. Untung saja, kerjasama berjalan dengan lancar. Jika tidak, mungkin bom atom yang ada di ubun-ubunnya akan meledak. Kali ini dia tidak sedang menyetir, ia menatap keluar jendela dengan satu tangan menopang rahangnya. Sekretaris sekaligus orang kepercayaannya yang mengemudikan mobilnya. Suasana hening tanpa percakapan. Namun gema-gema suara mesin di jalanan terdengar sayup-sayup. Air hujan yang begitu deras seakan meredam semuanya. Tidak ada yang aneh sejauh ini.

Ciittt!!

Tiba-tiba Eduardo menginjak rem sampai bannya berdecit kencang. David menatap horror pada Eduardo. Namun tatapan Eduardo lurus ke depan. David mengikuti arah tatapan itu. Ia mendapati tiga mobil yang menghadang mobilnya. Dan sialnya, mereka berada di jalanan sepi. Hujan yang masih turun deras menghalangi jarak pandangnya. Sepertinya ini sudah direncanakan. Dari tiga mobil itu keluar beberapa orang. David menghitungnya, ada 12 orang. David mencebik kesal dan turun dari mobil. Eduardo sempat melarangnya, namun nihil. Ia pun ikut turun bergabung dengan Tuannya. Lampu mobil dibiarkan menyorot untuk memberi cahaya di gelapnya malam.

"Siapa yang mengirim kalian?!!" teriak David dengan keras. Jika saja hujan tidak sederas ini, ia tidak perlu susah-susah berteriak.

Mereka hanya diam. Dari balik kacamata hitam mereka, tatapan tajam terarah pada David. David menatap mereka tak kalah tajam. Eduardo telah menyusun strategi untuk menanggulangi perkelahian yang siap terjadi.

"Malaikat maut, Mr. David!" tukas salah satu dari mereka sambil menyeringai.

David mengetatkan rahang lalu beralih tersenyum sinis. 12 orang maju dan menyerang mereka. Pukulan-pukulan mereka layangkan, namun dengan lihai David dan Eduardo menghindar.

BUGH!!

Satu dari mereka tumbang mendapat pukulan tepat di ulu hatinya. Eduardo juga menumbangkan dua dari mereka dengan menendang kepala mereka. Dua lagi menyerang David menggunakan pisau, David memelintir tangan mereka dan menungkai ulu hati mereka.

"Tujuh lagi, Tuan," ucap Eduardo yang saling membelakangi dengan David. Ketujuh orang itu melingkari mereka.

David berlari dan melompat bertumpu pada satu orang dari mereka sambil mematahkan lehernya. David mencekik orang yang bertubuh kecil itu sampai tak sanggup bergerak lagi. Sedangkan Eduardo dikeroyok empat orang yang semuanya membawa senjata. David memelintir satu orang lagi dan mengarahkan tangannya yang membawa pisau pada orang berkepala plontos yang sedang mengeroyok Eduardo, hingga pisau yang dipegangnya menusuk tepat di dada orang plontos itu. Eduardo berhasil menumbangkan satu lagi.

"Sekarang berimbang, kan? Dua lawan dua," seringai David.

Mereka yang tinggal berdua kini ketakutan. Mereka mengeluarkan pistol dari balik jaket mereka dan menodongkan pada David dan Eduardo. Napas mereka terengah-engah. Hujan sudah mulai reda menyisakan gerimis rapat. Eduardo dan David hanya diam menatap mereka yang memegang pistol saja bergetar.

"Angkat tangan kalian di atas kepala!"

David tersenyum kecut dan mengikuti perintah mereka. Mereka berjalan mendekat. David melirik Eduardo, sedangkan Eduardo mengangguk. Dengan sigap mereka mengambil pistol di balik jas formalnya. Secara bersamaan menembak tangan orang-orang itu hingga pistolnya terjatuh, lalu menembak kaki mereka hingga mereka bertekuk lutut. Mereka menggeram kesakitan. David dan Eduardo berjalan santai mendekat. David berlutut di depan satu pria itu. Cukup tampan untuk ukuran pembunuh bayaran atau sebagai bawahan. David menjambak rambut pria itu hingga mendongak menatapnya.

"Siapa yang mengirim kalian?!" tukas David ketus.

"Cuih!" Ia meludah di wajah David. Dengan santai David mengusapnya lalu melihat telapak tangannya. Tiba-tiba David tertawa, membuat mereka mengernyit.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang