PART 43

150 11 0
                                    

"Jika memang ini yang terbaik, yakinkan aku!"

Amanda Chaterine Williams

🌳🌳🌳🌳🌳

    Mendung menyelimuti bentangan langit sejak pagi tadi. Namun hujan tak kunjung mau terjatuh. Siang ini udara mulai terasa sejuk, tanda air sudah dekat. Tidak seperti pagi tadi yang sangat pengap. Pemuda mapan nan tampan itu tengah berkutik pada komputernya dengan jari-jari yang menari di atas keyboard.

"Tuan."

"Em? Ada apa?" tukasnya tanpa mengalihkan fokusnya pada komputer.

"Tuan Pedro datang," jawab sekretarisnya.

Pemuda itu mengernyit. "Ada apa? Aku tak ada janji," tukasnya menyangkal.

CEO Luther Property itu bangkit dari kursinya dan memerintahkan Eduardo untuk mempersilakan tamunya masuk. Ia lebih dulu duduk di sofa saat Mr. Pedro sampai disana. Anthonio Luther Davidove itu berdiri dan berjabat tangan dengan tamunya dan mempersilakan untuk duduk.

"Apa yang membawa Anda sampai disini, Tuan Pedro?" tukas David mengawali.

Mr. Pedro tersenyum lantas memberikan sebuah kertas pada David. "Saya ingin memberikan langsung undangan pernikahan putri saya, Tuan David."

David melihat Mr. Pedro sekilas lalu membaca undangan itu. "Saya pasti datang, Tuan Pedro," jawab David dengan menarik senyum.

"Saya sengaja menyampaikan sendiri undangan itu dari jauh-jauh hari. Saya takut kesibukan Anda membuat pesta pernikahan putri saya tidak meriah," tukasnya diikuti tawa dari keduanya.

"Apa hanya saya yang diundang? Tentu tidak, bukan?"

"Tentu saja, tidak. Setelah ini saya juga akan menemui Tuan Thomas, Tuan Andrew, Tuan Celeb, Tuan Aaron dan masih banyak lagi," ucapnya sambil tersenyum.

"Terima kasih sudah sangat memprioritaskan saya seperti Papa Thomas dan Tuan Celeb," tukas David.

Mereka meminum suguhan yang disajikan Eduardo tadi. Mr. Pedro Auedsky merupakan pengusaha yang bergerak di bidang penerbangan di New York. Mulai produksi hingga memiliki banyak maskapai penerbangan. Dulu, putri sulungnya yang bernama Zaline adalah adik kelas David saat di sekolah menengah atas. Zaline jatuh cinta pada David. Namun David menolaknya.

"Sebenarnya akan lebih membahagiakan jika Anda yang akan ada di altar sepuluh hari lagi bersama Zaline, Tuan," kata Mr. Pedro dengan menatap David dalam.

David menyunggingkan senyum tanpa menoleh pada Mr. David. "Semua orang memiliki cintanya masing-masing. Tergantung padanya, apa dia mendapatkannya atau tidak," ucapnya sembari mengangkat kepala menoleh pada Mr. Pedro di akhir katanya.

Mr. Pedro tersenyum dan bangkit dari duduknya. "Kalau begitu, saya akan menemui Tuan Thomas. Mari, Tuan David."

Setelah mengantar Mr. Pedro meninggalkan kantornya, David terdiam sejenak di sofanya. Kedua tangannya menaut dan kepalanya menunduk. Ia sedang berpikir terlihat dari guratan dahinya yang tampak. Eduardo menatap tuannya dengan gelisah. Entah tegukan saliva keberapa yang ia telan saat ini. Ingin rasanya ia duduk di depan tuannya dan mengatakan semua yang sudah mengganjal dalam hatinya. Namun kakinya seperti mati rasa untuk mengayun meski hanya satu langkah. Menyadari sekretarisnya yang terlihat aneh, David menatapnya penuh selidik.

"Ed! Ada apa denganmu, heh?" tukas David dengan mengangkat satu alisnya.

Eduardo menelan salivanya. "Anu.. Em.. Itu.."

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang