PART 53

135 12 0
                                    

"Dunia ini fana! Hanya sakit dan kebohongan di dalamnya. Semua yang terlihat berhargapun hanya fatamorgana! Aku muak dengan semua ini!"

Amanda Chaterine Williams

☘☘☘☘☘

    Gadis bersurai cokelat itu terus berlari. Panggilan pengawalnya ia hiruakan. Rasa sakit dalam hatinya menguasai dirinya. Yang ia inginkan saat ini hanyalah pergi dari semua orang yang terlibat dengan semua ini. Ia melambai saat taksi lewat.

"Shit!," umpat pengawal yang mengejarnya.

"Kemana, Nona?" tanya sopir taksi itu berhati-hati.

"Pantai," jawabnya lirih. Ia terus menangis sepanjang perjalanan. Hatinya seperti diremas kuat. Sesekali, sopir taksi itu melirik lewat spion untuk melihat keadaan penumpangnya.

Ada apa dengan nona ini? Dia terus menangis. Wajahnya sangat familier. Sepertinya aku pernah melihatnya, batin sopir taksi itu.

Suara deburan ombak mulai terdengar. Mata Amanda menatap jauh ke arah hamparan laut yang hitam. Langit begitu gelap tak berbintang seperti biasanya, bahkan mendung menutupnya rapat. Amanda turun disana. Ia mengedarkan pandangan. Hanya ada laut dan juga sebuah rumah yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Angin mengembus kencang membuat rambutnya menari-nari. Sopir taksi itu menatap Amanda yang berjalan pelan menuju laut dari balik kaca kemudi. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan gadis itu.

Bukankah itu, putri Tuan Thomas Williams?, batinnya lagi. Sebuah mobil hitam berhenti tepat di belakang mobilnya. Ia menoleh melihat pria berambut pirang yang turun dengan raut wajah yang muram. Pria itu menatapnya lalu berlari kecil menghampirinya.

"Dimana Nona?"

Sopir taksi itu menunjuk ke arah laut. Reynand langsung berlari untuk menemui nonanya. Tiba-tiba hujan turun dan berangsur deras. Jarak dari jalan ke laut memang cukup jauh. Reynand mengabaikan guyuran hujan yang menimpa dirinya.

"Aaarrgghh!! Kenapa?! Kenapa semua orang melakukan ini padaku?!" jeritnya. Amanda mencengkeram kepalanya dan menjambak rambutnya kuat.

"Dunia ini fana! Hanya sakit dan kebohongan di dalamnya. Semua yang terlihat berhargapun hanya fatamorgana! Aku muak dengan semua ini!"

Amanda menghela napas panjang. Ia meredakan suara tangisnya dan berjalan pasti menuju gulungan ombak. Langit gelap dan pantai ini menjadi saksi hancurnya dirinya. Angin malam yang begitu tega menerpa kulitnya tak ia pedulikan. Dia tak pernah merasa sehancur ini sebelumnya. Bukan hanya hatinya yang sakit, tapi seluruh jiwa dan raganya. Hujan yang turun semakin deras seakan meredam indera pendengarannya. Air matanya menyatu dengan air hujan yang mengguyur tubuhnya tanpa ampun. Ia menghela napas dan memejamkan mata, mungkin ini lebih baik.

"Nona! NONA!!" pekik Reynand.

Amanda benar-benar masuk ke lautan. Dengan air mata yang terus mengalir, ia tetap berjalan membelah ombak yang menerjang. Susah payah Reynand mengejarnya. Ia merangkul tubuh nonanya dari belakang dengan sekuat tenaga. Amanda terus memberontak dan berteriak, membuat Reynand semakin kewalahan.

"Lepas! Lepaskan aku!!"

"Jangan seperti ini, Nona! Saya mohon!"

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang