PART 36

156 12 0
                                    

    Suasana siang ini memang tidak terlalu panas. Awan seringkali menyembunyikan matahari yang bersinar. Udara pun terasa sejuk menyapu pori-pori kulit. Pria berbalut suit itu menopangkan kedua tangannya yang menaut di atas railling balkon. Angin berembus menggoyangkan rambut dan jas formalnya. Tatapan tajamnya menyorot jalanan di bawah yang terlihat sesak dengan lalu-lalang kendaraan. Jajaran gedung pencakar langit juga terlihat begitu indah dari sini. View dari balkon ruangannya ini menjadi alternatif dirinya menjernihkan otak ketika padatnya pekerjaan. Saat merasakan kenyamanan ini, hatinya berdesir nyeri.

Datang lagi, tukasnya dalam batin seraya menekan dadanya. Pria muda nan tampan ini sering merasakan sakit dalam hatinya. Namun rasa itu muncul secara tiba-tiba. Dia juga tidak pernah mengerti penyebabnya apa.

"Tuan!"

Panggilan seseorang membuatnya menoleh. Oh, Eduardo. Sekretarisnya itu tersenyum hangat pada Tuannya yang menunjukkan wajah tenang.

"Ada apa?"

"Nyona Chleo datang kemari," jawab Eduardo sopan.

David memelotot. "Sejak kapan Mommy datang?" tukasnya seraya masuk kembali ke ruangannya.

Manik matanya mendapati wanita paruh baya tengah duduk begitu anggun di sofa. David melebarkan senyumnya seraya memanggil sang Ibu. Mereka berpelukan hangat.

"Sejak kapan Mommy datang, hum?" tanya David seraya mendaratkan pantatnya di atas sofa dibarengi ibunya.

"Tiga jam yang lalu, Sayang. Daddy sudah meeting dengan kliennya dua jam lalu. Mommy baru sampai disini karena mampir ke salon," papar Ny. Chleo disertai kekehan kecil.

"Eduardo! Tolong ambilkan air mineral untuk Mommy!" titah David pada sekretarisnya.

Tak menunggu waktu lama, Eduardo meletakkan dua gelas air mineral di hadapan mereka. Ny. Chleo hanya memberi senyuman pada Eduardo. Ny. Chleo memang menjaga asupan nutrisinya. Ia akan memilih air mineral atau susu segar untuk minumannya. Teh ataupun kopi sangat jarang dikonsumsinya.

"Sayang, kita akan berlibur ke Virgin Island," kata Ny. Chleo yang tersenyum lebar dengan bertepuk tangan kecil.

David mengernyit. "Dalam rangka-?"

Ny. Chleo lebih melebarkan senyumnya seraya menatap sang putra."Ulang tahun kamu, Sayang."

David tertawa renyah. Ny. Chleo mengambil gelasnya dan meneguk air mineral yang ada lalu kembali meletakkannya di atas meja.

"Aku sudah tua, Mom. Untuk apa perayaan ulang tahun segala?" tukas David masih dengan tawanya.

Ny. Chleo ikut tertawa. "Uh, sudah tua? Siapa kemarin yang bilang usianya 12 tahun, hem?" kata Ny. Chleo menggoda.

David hanya terkekeh geli mengingat responsnya saat awal siuman.

"Oh iya, David. Disana kita juga akan merayakan prestasi Amanda. Dia mendapat IP tertinggi lagi," papar Ny. Chleo.

"Pintar sekali. Semester kemarin juga tertinggi," tambah David.

"Em. Putri Papa Thomas memang pintar, Sayang. Seperti putra Daddy Richard."

David hanya tersenyum simpul. Memang Andrew dan David tidak pernah tidak mendapat peringkat satu. Sang bunda selalu mengontrol cara belajar mereka. Sedang sang Ayah juga memberikan bimbingan penuh. Andrew dan David memang sudah dicetak menjadi pebisnis ulung sejak dini.

Dret! Dret!

"Iya, Sweetheart?" Ny. Chleo mengangkat teleponnya.

"Okey. Aku akan ke lobi. Bye!" balas Ny. Chleo lalu menutup teleponnya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang