PART 54

142 10 0
                                    

"Selalu ada hikmah di balik sebuah takdir. Meskipun itu tidak sesuai dengan keinginan kita."

Amanda Chaterine Williams

☘☘☘☘☘

    Gadis bermarga Williams itu tengah asyik menggoyangkan spatula di atas benda seperti payung terbalik yang terbuat dari metal. Orang-orang biasa menyebutnya wajan atau penggorengan. Senyum terus terukir di bibir manisnya. Ia tidak sedang di rumah pantai ataupun di mansion megah. Namun dia berada di sebuah restoran cepat saji yang berjarak tujuh kilometer dari rumah pantai. Ya, dia bekerja disini. Perdebatan luar biasa yang dilewatinya bersama Reynand membuahkan hasil. Ia bekerja di restoran ini ketika siang sampai malam. Saat pagi sampai siang, dia bekerja di toko bunga yang berjarak hanya beberapa ruko dari restoran ini. Hari sudah menjelang sore, terlihat dari matahari yang berada di barat.

"Amanda! Ada temanmu!" seru seorang pria.

"Baik, Bos!" jawab Amanda sembari menuangkan saus di atas pasta yang sudah tertata di piring untuk pesanan meja nomor 09.

"Meja 09," sahutnya diikuti anggukan oleh pelayan yang bertugas mengantarnya. Amanda melepaskan celemek yang menutupi tubuhnya dari dada hingga atas lutut.

"Amanda!" pekik dua orang gadis bersamaan dengan melambai padanya.

Amanda tersenyum. "Hay!" Gadis berambut cokelat itu ikut bergabung dengan mereka. "Kalian sudah pesan? Bia-"

"Sudah, kok," sela gadis bermata biru cerah seperti matanya.

"Bagaimana? Kau nyaman disini?"

Amanda mengangguk. "Iya, Stephanie. Aku senang bekerja disini. Semuanya ramah dan memperlakukanku dengan baik. Ya.. layaknya rekan kerja," paparnya tanpa menyurutkan senyumnya.

"Baguslah kalau begitu," ucap Stephanie.

"Ehem! Aku dengar, Mr. David pernah kesini, ya?"

Amanda dan Stephanie menatap gadis itu. Amanda menunduk. "Ya. Dua kali dia kemari. Waktu itu dia membeli bunga. Dan satunya lagi, makan di restoran ini," terang Amanda.

Gadis bernama lengkap Jennifer Beby Agatha itu menegakkan duduk dan memajukan kepalanya. "Lalu bagaimana perasaanmu saat bertemu dengannya?" desisnya mengintimidasi.

Stephanie menghela napas lelah. "Beby! Jangan bertanya seperti itu!" tukasnya menceramahi.

Beby menyandarkan punggungnya di kursi sambil mencebik dengan melipat kedua tangannya di dada. "Bukan begitu maksudku, Stephanie. Aku hanya ingin tahu. Sebenarnya Amanda ini masih mencintai Mr. David atau tidak. Jadi kita bisa membantunya nanti," jelasnya diikuti anggukan setuju dari Stephanie.

Amanda menatap kedua sahabatnya itu. "Tidak perlu, Beby. Aku akan menikmati hidupku yang sekarang."

"What?! Amanda! Kau ini putri seorang miliarder. Kalau ini cuma sementara, it's okay. Tapi kalau kau ingin menikmatinya, big no, Amanda! Kau ini sudah hidup enak. Jangan malah menjadikan dirimu menderita!"

"Beby!" seru Stephanie memperingati.

Beby menatapnya sekilas. "Stephanie, kau harus mendukungku! Aku tidak mau Amanda seperti ini. Aku ingin Amanda bahagia," serunya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang