PART 50

158 13 0
                                    

"Hatiku sangat sesak, seakan udara yang ku hirup berlari meninggalkan dada ini. Baru ku mulai memahami arti hidup. Tapi mengapa takdir menepiskan rasa itu? Sungguh kejam!"

Anthonio Luther Davidove

☘☘☘☘☘

    Pria berusia 26 tahun itu duduk menyilangkan kakinya dengan tangan memegang sandaran sofa. Ia sedang menghabiskan waktu malamnya dengan menonton TV. Sesekali ia memasukkan kue nastar ke dalam mulutnya. Ah ya, pria ini baru saja berkunjung dari negara kepulauan terbesar di dunia itu. Dia membeli beberapa karton kue nastar. Menurutnya, rasanya unik dan memanjakan lidahnya.

"Tuan, ini kopinya."

"Ehem. Terima kasih, Mariah," jawabnya ringan.

BRAAKK!!

Arah matanya tertuju pada tumpukan kertas yang di lempar di atas meja depannya. Dia mengangkat kedua alisnya dan menatap pelakunya. Oh, Andrew rupanya. Kenapa kakaknya itu? Dia tampak tidak bersahabat dengan wajahnya yang memerah.

"Apa yang kau lakukan, David?!" teriak Andrew padanya.

Dia hanya diam dan mengalihkan tatapannya kembali pada layar TV. Ia memasukkan lagi kue nastar ke mulutnya. Rupanya Mariah masih ada disana saat Andrew membentaknya.

"Berani sekali, KAU!! Kenapa kau lakukan ini, hah?!" teriak Andrew dengan mengangkat kaos David hingga membuat David bangkit dari duduknya.

David tertawa hambar. "Ct! Kau baru menyadarinya? Sungguh, aku sudah melakukannya sejak satu bulan yang lalu," jawab David kelewat santai.

"Bangsat! Berani sekali kau menusuk kakakmu sendiri dari belakang!"

David tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya. "Haha, lucu sekali. Siapa yang menusuk siapa," tukas David disertai senyum kecut di akhir katanya.

"Aku? Menusukmu? Kaulah yang menusukku dari belakang, David. Berani sekali kau membeli 59 persen saham kulinerku, ha?!" ucap Andrew dengan emosi yang sudah ada di ubun-ubun.

David menatap Andrew tajam. "Jangan serakah! Kau sudah mengambil gadisku, jadi jangan salahkan aku jika aku mengambil perusahaanmu!" sengit David.

BUGH!!

"Fuck!"

"Mulai malam ini kau bukan adikku lagi, brengsek!" marah Andrew kembali melayangkan tinjunya pada sang adik. Perkelahian tidak dapat terelakkan. Mariah dan Eduardo dengan susah payah menghentikan mereka. Wajah Andrew sudah babak belur karena ulah David. Sedangkan David hanya memperoleh sedikit luka di pelipis dan sudut bibirnya.

"Haha, ternyata aku tetap bisa mengalahkanmu, Andrew!" ejek David.

Andrew bangkit dari posisinya dan menyeka darah di sudut bibirnya lalu merapikan jasnya kembali. Ia menatap David tajam, begitu pula David yang membalasnya tak kalah tajam. Mariah dan Eduardo menghela napas berat namun masih tegang harap-harap cemas mereka akan berkelahi lagi.

"Kau sendiri yang melepaskan Amanda!" seru Andrew.

"Aku tidak pernah melepasnya, Andrew. Saat itu aku sedang sakit," ucap David dengan menekan seluruh katanya.

"Memang sekarang sudah sembuh, heh?!" tukas Andrew dengan berseringai.

David tersenyum. "Ya. Aku sudah sembuh. Aku bahkan sudah tahu semua kebusukanmu, Kakakku tercinta," jawab David.

Andrew mengernyit tak paham. Ia mengedarkan pandangan melihat Mariah dan Eduardo yang berdiri tak jauh dari mereka. Ia kembali menatap David tajam. Namun wajah David yang santai benar-benar menjengkelkan untuknya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang