PART 57

161 8 0
                                    

    Suasana perkantoran yang kental dimana orang-orang sibuk dengan komputer masing-masing juga terjadi disini. Di Williams Company, gadis keturunan pemilik perusahaan ini pun juga ikut melakukan kegiatannya. Sudah satu bulan dia bekerja di perusahaan Papanya sendiri. Tidak ada perlakuan khusus, namun jabatannya naik secara signifikan. Saat ini dia sudah menjadi ketua tim dalam divisi perencanaan. Dia membawahi lima orang sebagai anak buahnya. Tn. Thomas memang merencanakan hal itu. Putrinya harus merasakan dari bagian terkecil dalam sebuah perusahaan sehingga dia sanggup mejadi pemegang yang tangguh.

TOK! TOK!

"Ketua tim perencanaan Amanda?"

Semua orang disana berdiri serempak. "Iya, Presdir?" sahut gadis bernama Amanda itu.

"Satu jam lagi, temui saya di ruangan saya," tukas Tn. Thomas Williams, owner Williams company yang diikuti anggukkan Amanda.

"Ehem! Sepertinya akan naik jabatan lagi, ya?" Seorang wanita yang duduk di sebelahnya berceloteh.

Amanda hanya diam. Namun dia berpikir terlihat dari guratan yang tercetak di dahinya. Seluruh karyawan kembali bekerja. Semua orang disini sudah tahu jika Amanda adalah putri Tn. Thomas Williams. Jika ada yang tidak tahu, mungkin karena hidupnya terlalu cuek.

Waktu menunjukkan pukul 9.30 tepat satu jam sejak Tn. Thomas menginterupsi. Dia berjalan mantap menuju lantai paling atas gedung ini dimana ruangan Papanya berada. Setelah keluar dari lift, dia berjalan lurus hingga mentok pada pertigaan, lalu belok ke kiri sedikit. Disana ada sebuah pintu elegant dimana hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk. Amanda bertemu dengan receptionist dengan meja khasnya yang berada di depan ruangan itu. Kedua wanita itu tersenyum padanya. Amanda mengetuk pintu itu tiga kali, lalu mendorongnya dan masuk kesana.

"Presdir?" ucapnya pelan.

Pria paruh baya disana berdiri menghampiri. "Sudah berapa kali Papa bilang, ketika di ruangan Papa jangan panggil Presdir?"

Amanda tersenyum simpul lalu duduk berhadapan dengan Papanya di sebuah sofa panjang berwarna hitam. Tn. Thomas mengeluarkan beberapa map yang terlihat cukup tebal. Ada jika 200 lembar kertas disana. Amanda menatap map berwarna biru itu, lalu beralih pada Tn. Thomas.

"Papa ingin kamu bergabung dalam tim rekrutmen pegawai baru."

Amanda sedikit kaget. Dia baru bekerja satu bulan disini. Bagaimana bisa wewenang seperti itu diberikan padanya. Amanda tidak memiliki pengalaman khusus untuk menjaring orang-orang bertalenta ataupun para pekerja keras. Amanda menggeleng pelan.

Tn. Thomas mendesah. "Papa yang memerintahkanmu. Menurut saja," imbuhnya.

Amanda menunduk. "Tapi, Pa. Amanda tidak pernah melakukan itu," elaknya.

"Untuk itu Papa memerintahkanmu ikut. Agar kamu pernah. Papa yakin kamu pasti bisa. Acaranya dimulai 25 menit lagi di ruang D5 lantai 3. Kamu bisa bersiap," tukas Tn. Thomas tanpa menunggu persetujuan putrinya.

Amanda menghela napas kasar lalu mengambil map tebal itu. Dia berpamitan pada Papanya dan keluar dari sana. Tujuannya sekarang tentu ruangan yang dimaksud Papanya. Di lorong itu sudah banyak orang dengan berbagai usia duduk berjajar. Amanda jadi kebingungan, karena dia tidak tahu harus datang lebih awal atau datang pada waktunya.

"Nona?"

Amanda tersenyum melihat pria yang memanggilnya. Dia pun berjalan mendekat pada pria itu, lalu masuk ke dalam ruangan. Dia tidak menyadari jika ada salah satu dari orang yang duduk berjajar itu menatapnya hingga matanya mendelik.

"Kau juga masuk tim ini, Chris?"

Christian tersenyum. "Ya, Nona. Biasanya Presdir sendiri yang menjadi ketua tim rekrutmen. Mungkin karena ada Anda, makanya Presdir mempercayakannya pada Anda," jelas Christian.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang