PART 13

203 15 0
                                    

Hay hay! Ketemu lagi nih. Konfliknya mulai banyak ya. Please vommentnya my lovely readers :) happy reading!

-------   

Mobil sport hitam memasuki area sekolah. Turunlah dua insan Tuhan. Pria itu mendekat pada gadisnya. Dua sahabat gadis itu sudah tersenyum melihat pemandangan menyejukkan mata di pagi hari.

"Belajarlah yang rajin!" ucap pria itu sambil mengacak puncak kepala gadisnya.

"Ehem! Sudah mesra-mesraan saja masih pagi."

"Maklum, Amanda. Beby kan masih single."

"Apa sih, Stephanie?! Mentang-mentang sudah punya."

Stephanie terkekeh melihat Beby yang mendengus kesal. Amanda juga dibuatnya tersenyum.

"Ya sudah. Kamu kerja, gih! Aku masuk kelas dulu. Terima kasih," tukas Amanda meninggalkan pria itu. Mereka saling memberi lambaian tangan. Pria itu tersenyum melihat punggung gadisnya sampai menghilang di balik gedung. Ia masuk kembali ke dalam mobil dan melaju menuju kantor.

"Presdir David. Selamat pagi."

"Selamat pagi, Presdir."

"Presdir. Semoga hari Anda menyenangkan."

Berbagai sapaan menenangkan hatinya. Ia membalas mereka dengan senyuman maupun mengangkat tangannya. Ia berjalan dengan langkah pasti menuju ruangannya. Saat memasuki ruangan, ia mendapati Eduardo tengah duduk di sofa dengan iPadnya.

"Pagi sekali."

"Oh, Tuan. Selamat pagi." Eduardo berdiri dan memberi hormat. David melenggang dan duduk di kursi kebesarannya, menyalakan laptop dan mengetikkan beberapa password. Terpanpang lah wajah gadis yang sudah merubah hidupnya. Ia tersenyum melihat paras cantik gadisnya.

"Tuan. Apa Anda tetap akan menutup kasus kebakaran beberapa hari lalu?"

"Aku tidak menutupnya, Eduardo. Hanya saja, aku tidak memaksa."

David menutup laptopnya dan menatap lekat mata Eduardo. Eduardo tampak bingung dengan tatapan Tuannya, namun ia tidak berani menanyakan maksud dari tatapan itu.

"Kau tahu, Eduardo? Sejak malam itu, gadisku selalu berteriak dalam tidurnya. Untung saja dia tidak menolakku menemani tidurnya."

Ya memang sejak kejadian kebakaran itu, Amanda kembali pada traumanya. Dia bermimpi tentang hal itu. Dimana dia melihat Kayle yang terbakar dalam mobilnya. Semua orang berkata bahwa Kayle sudah meninggal sebelum mobil itu meledak. Tapi entah, Amanda melihat Kayle seperti minta tolong dalam kobaran api. Selain kecelakaan maut Kayle, hal yang mendukung dia mengalami trauma ialah ketika dia melihat seorang pria dibakar hidup-hidup. Jeritan pria itu benar-benar menancap dalam ingatannya.

"Jika memang Tuhan menakdirkan aku bertemu dengan dalang di balik insiden itu, aku pasti akan menuntaskan semuanya. Pasti."

"Lalu mengapa Anda sudah tidak bersemangat lagi, Tuan?"

"Kita sudah kehilangan kata kunci, Eduardo. Kita tetap berusaha, tapi tidak berambisi. Kau mengerti?"

Eduardo menganggukkan kepala tanda mengerti. David kembali berkutat pada laptopnya, sedangkan Eduardo kembali pada tugasnya. Tugasnya hari ini ialah memastikan perusahaan David ikut andil dalam acara dies natalis sekolah Amanda. David ingin menyaksikan penampilan Amanda. Hanya karena alasan itu, David memberikan sponsor yang terbilang, spectacular.

Di tengah kesibukannya, handphone David berdering. Andrew? Tumben dia menelpon. David mengernyitkan dahi mendapati nama Andrew yang tertera pada layar ponselnya. Langsung saja ia angkat.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang