PART 66

169 13 0
                                    

    Sejak kehadiran si kecil, hidup mereka semakin berwarna. Suara tangis yang mengisi segala penjuru kediamannya menjadi arti tersendiri. Pria itu juga semakin menyayangi istrinya dengan selalu pulang cepat dan membantu mengerjakan tugas seorang ibu dalam merawat anak. Seperti pagi ini, meski ia sudah berbalut setelan formalnya, ia menyempatkan diri mengganti popok si kecil. Padahal istrinya sudah melarang. Mungkin rasa bahagia menjadi seorang ayahlah yang membuatnya ingin melakukan hal-hal itu.

"Aaaa!! Ethan! Kenapa daddy dipipisin?" tukasnya karena air mancur mengucur dari wajah hingga ke dadanya.

Istrinya yang sedang membereskan pakaian babyboy tertawa keras. "David. Kan tadi aku sudah bilang. Berangkat kerja sana, malah gantiin popok Ethan. Mandi lagi sana!"

Pria itu mengerucutkan bibirnya. "Bukannya dihibur, malah diketawain," gerutu David sambil melepas pakaiannya satu persatu.

Amanda hanya mengangkat kedua alisnya. Ia mendekat pada putra mereka. Ethan Luther Zaroun, itulah nama yang mereka berikan untuk pangeran kecil yang hadir di tengah-tengah mereka. Amanda melanjutkan kegiatan David yang macet tadi. Setelah mengganti pokoknya, Amanda menyusuinya hingga baby Ethan terlelap.

"Ututut.. Suamiku yang tampan mandi dua kali, ya?" goda Amanda. David menyipitkan mata karena kejahilan Amanda. Wanita itu tertawa kecil dan mengikuti suaminya menuju walk in closet. Ia duduk di meja yang ada di tengah-tengah ruangan itu sembari menatap suaminya berdandan.

"Sayang. Semenjak ada Ethan, semua orang sering berkunjung. Aku senang tidak harus sendirian di rumah besar ini," seru Amanda dengan menggoyangkan kakinya ke depan dan ke belakang.

David tersenyum. "Karena semua orang menyayangi pangeran kita." David melirik istrinya dari pantulan kaca.

"Hehem, dan Kak Andrew lebih sering kesini," ucap Amanda sambil terkikik.

David memutar bola matanya. "Kenapa jadi itu, sih?"

Amanda tertawa geli. Ia pun turun dari meja dan menghampiri suaminya untuk mengikat dasi. Mata elang David terus menatap paras cantik di depannya. Sejuk, suasana itu yang ada di hati David ketika menatap wajah Amanda yang tenang.

"Sudah!" seru Amanda.

David merengkuh pinggang Amanda dan merapatkan tubuh mereka. Ia kecup kening wanita itu, turun ke mata dan hidung mancungnya. Perlakuan David membuat tawa Amanda terdengar. Namun kecupan itu tak berhenti dan turun ke bibir merah disana. Dilumatnya lembut sambil memejamkan mata.

"Nanti terlambat baru tahu rasa," desis Amanda di sela pagutan mereka.

David menyeringai. "Itu perusahaanku. Bebaslah aku datang kapan saja," balasnya sambil terus melanjutkan aksinya.

"Hello!!!"

"Ct! Itu pasti Andrew," gerutu David saat terdengar suara melengking dari luar. Amanda tergelak dan mengikuti langkah cepat suaminya. Benar dugaan David, Andrew sudah ada di lorong menuju kamar mereka dengan senyum merekah memperlihatkan deretan gigi putihnya. David berdiri menghadang.

"Mau apa kau?" tukas David datar.

"Aku? Tentu saja ingin menemui baby Ethan. Dia pasti merindukan Papanya," jawab Andrew dengan bangganya.

David mengangkat satu alisnya. "Dia sedang tidur. Jangan diganggu!"

David langsung melenggang pergi diikuti Amanda yang melingkarkan tangannya di lengan David. Andrew memutar bola matanya lalu berjalan mendahului pasutri itu dan menuju ruang makan. David dan Amanda berhenti sejenak menatap Andrew yang terlihat lincah menuruni tangga. Amanda mengalihkan pandangannya pada David. Ia melihat kesedihan di mata David ketika berhadapan dengan kakaknya. Amanda mengelus lengan David lembut dan tersenyum.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang