PART 17

215 14 10
                                    

"Semua yang terlihat, belum tentu adanya. Sedang yang semu, bukan selalu tak ada."

Aldiana Nazilul Haq

🌸🌸🌸🌸🌸

Seorang pria dengan balutan suit berjalan cepat memasuki mansion megah diikuti seorang wanita dengan pakaian formal. Di wajahnya tergambar jelas kekhawatiran, marah, sedih bercampur menjadi satu. Ia menatap lekat orang-orang yang duduk di sofa ruang keluarga. Mereka menunjukkan wajah yang sama seperti dirinya.

"Mama!"

"Andrew!"

Wanita paruh baya itu bangkit dari duduknya dikuti dua lelaki di sampingnya. Mereka menyambut kedatangan putra sulung keluarga ini. Andrew memeluk Mrs. Millene penuh sayang.

"Siapa yang ada dirumah sakit, Ma?"

"Mommymu dan Eduardo."

"Amanda?"

"Dia ada di kamarnya bersama Stephanie," sambung gadis yang masih terduduk dalam pelukan seorang lelaki. Tanpa berucap apapun, Andrew menaiki tangga menuju kamar Amanda. Pintunya sedikit terbuka. Ia langsung saja masuk ke dalam setelah memberikan beberapa ketukan di pintu.

Mendengar ketukan pintu, kedua gadis itu menatapnya. Ia mendekat pada mereka. Wajah mereka begitu menderita, terlebih gadis bersurai cokelat ini. Matanya merah membengkak. Bibirnya pucat pasi. Keceriaan yang selalu menyelimuti seakan sirna. Gadis itu menatapnya, tetapi kosong tiada arti.

Andrew menghela napas berat. Ia merengkuh gadis itu dan mendekapnya erat. Gadis itu tidak bereaksi. Air mata pun tidak sudi mengalir. Mungkin stok air matanya sudah habis untuk menangis semalaman. Ia belai lembut rambut gadis dalam pelukannya. Tidak ada kata yang keluar dari bibir mereka.

Gadis berambut pirang itu memberi hormat dan keluar dari kamar. Ia sangat menderita melihat sahabatnya dalam keadaan yang mengenaskan. Ia menyeka air matanya cepat dan menuruni tangga. Ia bergabung bersama mereka yang duduk diruang keluarga.

"Stephanie! Bagaimana Amanda, Sayang?"

Gadis yang dipanggil Stephanie menggelengkan kepala. Wanita paruh baya itu mengambil napas panjang sambil memejamkan matanya. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia sangat menyesali perbuatannya yang selalu mengabaikan putrinya.

Semalam, Amanda terus menangis di samping David sampai ia tertidur karena kelelahan. Orang tuanya membawanya pulang ke mansion David. Mr. dan Mrs. Williams menginap disana agar lebih dekat dengan putri mereka. Mariah dan Reynand begitu sabar meladeni Amanda hingga pagi ini. Mr. Thomas dan Mr. Richard berangkat pagi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan mereka cepat-cepat. Sahabat Amanda juga datang untuk menjenguknya. Ya, Amanda demam semalam.

"Felix. Apakah semua akan baik-baik saja?"

"Tentu, Beby."

Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di sampingnya. Gadis itu terus menangis. Ia membayangkan jika Felix berada di posisi David. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apa yang akan terjadi dengannya. Semua begitu sakit menerima kenyataan ini.

Mariah datang dengan beberapa pelayan membawa minuman dan camilan. Setidaknya air itu sedikit mendinginkan kerongkongan mereka. Mereka diam bergeming sibuk dengan pikiran masing-masing.

Di dalam kamar, Amanda masih diam membisu. Andrew hanya bisa memeluk dan membelainya. Tiba-tiba Amanda mengurai dekapan Andrew. Andrew menatapnya penuh sayang.

"Andrew. Katakan padaku! David akan baik-baik saja, kan?"

"Tentu." Andrew mengangguk mantap. Amanda tersenyum dibuatnya. Ia memeluk Andrew erat. Air matanya kembali meluruh.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang