Sepuluh tahun yang lalu...
Los Angeles, California, USA.
Cahaya lampu gemerlap menghias ballroom sebuah hotel ternama di Los Angeles. Dekorasi cantik menghias seluruh sudut ruangan besar ini. Semua orang, pria-wanita, muda-mudi, maupun anak kecil berdandan begitu rapi dan elegan. Orang-orang dari kalangan atas berkumpul jadi satu. Baik pebisnis, entertainer, pejabat, dan lain sebagainya tumpah ruah disini. Hari ini merupakan acara peresmian cabang bisnis Luther Group.
"Richard," tukas Tn. Thomas menghampiri keluarga Luther yang baru saja memotong kue peresmian.
"Oh, Thomas! Welcome!" tukasnya sembari merangkul Tn. Thomas jantan.
"Perkenalkan putri-putriku! Dimana putra-putramu?"
Dua pemuda bersetelan formal itu mendekat. Mereka memberi hormat pada tamu kehormatan sekaligus sahabat dari daddynya.
"Nah, Andrew, David! Meskipun kalian sudah pernah bertemu, tapi alangkah baiknya jika kalian berkenalan lagi agar lebih akrab," tukas Tn. Richard pada kedua putranya sambil menghadap pada dua putri Tn. Thomas.
Dua gadis bermata biru dan berambut cokelat itu sama cantiknya. Kayle Leana Williams dan Amanda Chaterine Williams. Usia mereka terpaut empat tahun. Saat ini, Kayle berusia 15 tahun. Putri sulung Tn. Thomas memberi senyum pada dua pemuda itu. Namun Amanda hanya diam mengamati dua pemuda yang sudah tumbuh menjadi dewasa. Ia sampai mendongak agar bisa melihat wajah mereka.
Andrewmeda Luther Nicholas. Pria berusia 19 tahun itu tersenyum senang. Ia langsung akrab dengan Kayle. Keduanya sudah menyepakati perjodohan dua keluarga berpengaruh ini. Mereka tampak asyik mengobrol dan pindah dari sudut ke sudut lain. Berbeda dengan adiknya, Anthonio Luther Davidove, yang usianya berjarak dua tahun darinya itu hanya diam mengamati seorang gadis yang tampak bingung memilih makanan. Dia tersenyum geli dan berjalan mendekat.
"Apa yang kau bingungkan, Nona Williams?" tanyanya lembut.
Gadis kecil bergaun merah jambu itu menoleh dengan bibir sedikit mengerucut. "Enaknya, aku pilih salad dengan isian buah, campur atau sayur, ya?"
David tertawa pelan. "Tergantung apa yang kau suka?"
Amanda kembali melihat berbagai macam salad dengan jari telunjuk di bibirnya. "Emm, sebenarnya aku suka semua. Kalau kamu pilih mana?" ucap Amanda menoleh meminta pendapat.
David sedikit terlonjak. "He? Kalau aku sih daripada bingung, pilih yang campur saja. Jadi bisa merasakan dua-duanya," jelasnya. Masuk akal.
Amanda tersenyum dan mengikuti saran David. Ia mengambil semangkuk salad buah bercampur sayur. Pemuda itu senang melihat gadis itu menerima sarannya. Tiba-tiba gadis itu mengayunkan sendoknya. Mata David membola karena tak paham dengan maksud itu.
"Aku tidak mau makan jika rasanya tidak enak. Kamu boleh mencobanya dulu," ucapnya diikuti tawa pelan David. Pemuda itu menurut saja, membuka lebar mulutnya dan sedikit membungkuk untuk menyejajarkan tingginya dengan gadis kecil itu. Meskipun mereka sudah beberapa kali bertemu, tapi mereka tidak pernah sedekat ini. Paling-paling cuma berjabat tangan, duduk menghadiri acara, lalu pulang.
"Bagaimana? Enak?" tanya Amanda dengan mata bersinar.
David menegakkan kembali tubuhnya dan mengangguk. "Enak kok. Boleh aku minta satu suap lagi?" tanyanya sedikit merayu.
Namun Amanda masih gadis polos berusia 11 tahun. Dia menurut saja dengan perkataan David. Tidak ada rasa curiga jika David sedang menggodanya. Amanda menyuapi David sekali lagi. Matanya tajam sekali, batin Amanda saat kedua mata mereka beradu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Down [The Rest Of Life]
Romance#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat sinar mentari di pagi hari menampakkan segala aktivitasnya. Taburan bintang di langit malam dengan se...