PART 08

276 15 2
                                    

    Sarapan pagi ini sungguh nikmat. Bukan karena menunya, tapi karena suasananya. Mereka saling melawak di sela makan. Lagi-lagi Amanda yang dibantai David dan Andrew. Mereka selalu membicarakan tentang kekalahan Amanda dalam semua permainan yang mereka lakukan di sela kesibukan. Amanda memang lebih sibuk sekarang, mengingat ia sudah duduk dibangku kelas tiga. Dia harus meningkatkan nilainya. Jangan sampai ada yang turun!

"Aku akan mengajarimu, gadis kecilku. Bukankah aku yang paling hebat disini?"

"Benarkah? Pasti bukan bantuan gratis, kan?"

"Tentu saja. Mana ada hal yang gratis di dunia ini."

Amanda memutar bola matanya. Pasti hal aneh yang akan diminta David. Seperti saat dia membantu Amanda mengerjakan PR, apa imbalan yang diminta David? Mengikat dan melepas dasi David selama tiga hari. Permintaan macam apa itu?

"Setelah sarapan aku akan pergi ke luar kota. Tapi kau tidak boleh keluar rumah, bahkan dengan Andrew pun."

"Hey! Kenapa bisa begitu? Ini hari minggu. Suka-suka aku lah mau kemana."

"Aku ada pekerjaan. Jadi kau juga tidak boleh bersenang-senang saat aku sedang bekerja."

"Salahkan saja dirimu yang banyak pekerjaan," Amanda menggerutu. Kenapa juga dia harus kena imbasnya? Dasar! David selalu seenaknya sendiri.

Amanda akan mandi dan keluar dengan teman-teman hari ini. Perut sudah kenyang. Cuaca juga sangat mendukung untuk sekadar hangout di mal ataupun di taman. Ia pun memasuki kamar. Baru selangkah, BRAKK! Tiba-tiba pintu tertutup. Ia sontak mencoba membuka. Sial! dikunci dari luar.

"Kenapa dikunci?!!"

"Agar kau tidak kabur! Aku tahu rencanamu!" teriak seseorang dari luar sana. Sumpah serapah keluar dari mulut Amanda. Ia sangat jengkel pada David. Dimana otaknya?, Amanda membatin. Ia pun akhirnya mandi untuk menenangkan pikirannya. Setiap kali berhadapan dengan David, dia selalu naik darah.

"Amanda! Nanti makan siangmu akan diantar Mariah. Setelah itu tidur siang, ya?"

"Berisik! Keluarkan aku dari sini!" teriak Amanda dari dalam kamar. David hanya tergelak. Ia berjalan menuruni tangga. Senyum terus saja terukir di bibirnya. Di lantai bawah ada Andrew dengan baju santainya. Ia menonton TV sambil memangku stoples kue nastar.

"Apa kau tidak berlebihan, David?"

"Sudahlah. Kau tahu tugasmu kan, Andrew?"

"Iya, aku tahu." Andrew menganggukkan kepala.

David melenggang pergi keluar mansion. Ia akan menemui Eduardo dan beberapa orangnya. Mobil sport merah itu pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pelataran mansion.

🍁🍁🍁🍁🍁

    Ternyata Amanda ketiduran juga. Jam berapa ini? Jam 4 sore. Ia menggeliat merenggangkan otot-ototnya. Tanpa sadar tangannya menyenggol sebuah tas kertas yang bertuliskan brand terkenal. Dahinya mengernyit. Sejak kapan ada disini? Entahlah. Mungkin saking nyenyaknya, Amanda tidak sadar ada orang yang masuk. Ia buka tas itu. Gaun? Heels? Dan sebuah kertas?

-Mandilah! Nanti jam 5 aku akan mengajakmu keluar. Gunakan gaun dan sepatu itu okay?- David kekasihmu.

Ct! Sejak kapan mereka menjadi sepasang kekasih? Ada-ada saja. Amanda mengikuti isyarat di kertas itu, lalu dia memoleskan sedikit make-up diwajahnya. Sudah tidak dikunci? Ia membuka handle pintu dan keluar dari kamarnya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang