PART 31

153 12 1
                                    

Gadis berusia 23 tahun itu duduk termangu di salah satu bangku kafe. Sudah hampir tiga gelas jus yang ia habiskan sembari menunggu seseorang. Raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang luar biasa. Sesekali ia memeriksa handphonenya, barangkali ada pesan yang menjelaskan arti penantiannya. Namun tidak ada satupun pesan yang masuk. Ia mendengus kesal.

"Sudah lama menunggu?" Seorang pria duduk di depannya. Ia menatap pria itu tajam. Pria itu melambaikan tangan memanggil waiter, lalu memesan secangkir kopi.

"Weslee?" Gadis itu menoleh. Wajahnya masih menunjukkan kekesalan. Tangan kanan pria itu menggenggam tangannya. Sedang tangan kirinya mengelus pipinya lembut.

"Kamu marah padaku, Sayang?"

Gadis bernama Weslee Anderson itu mencebik kesal. "Bagaimana aku tidak marah, Harry. Kau membuatku menunggu lebih dari dua jam!"

"Sayang, kamu tahu aku ada meeting tadi."

"Setidaknya kamu beritahu aku kalau sampai jam segini!" Amarah Weslee meledak.

Harry meletakkan jari telunjuknya di bibir Weslee. "Shhtt! Sudah. Maafkan aku, ya?"

Gadis itu menghela napas berat, lalu mengangguk. Harry tersenyum lega. Waiter datang dan membawa secangkir kopinya. Ia pun menyeruputnya. Weslee menatap Harry lekat.

"Bagaimana bisnismu di LA?"

"Baik, Sayang."

Weslee memalingkan wajahnya. "Kapan kau memecat sekretarismu itu? Aku tidak suka dengannya," tukasnya.

Harry menarik dagu Weslee agar menatapnya. "Sayang. Vienna mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Jika aku memecatnya, belum tentu aku mendapatkan orang seperti dia lagi," paparnya.

Weslee memincing, tatapannya menajam. "Ya! Sekretaris yang berani mencium bibir bosnya! Itu yang namanya melakukan tugas dengan baik?!" sarkas Weslee dengan nada tinggi.

"Ssshhtt!! Pelankan suaramu!"

"Harry! Aku juga ingin berguna untukmu. Bukan hanya menjadi pemuas nafsumu," tukasnya dengan berdesis.

"Sayang. Dengan kau selalu ada di sampingku, itu sudah sangat berguna untukku."

"Kau tidak mengerti, Harry. Aku selalu iri dengan Eliza dan Vienna. Mereka bahkan lebih mengenalmu dibanding aku yang statusnya kekasihmu, Harry!"

Air mata Weslee menetes membasahi pipinya. Ia memalingkan wajahnya dari Harry. Hatinya sangat sesak. Harry menatapnya sendu. Ia mengamit kedua tangan gadisnya. Oh, ralat! Wanitanya. Membuat Weslee menatapnya tak kalah sendu.

"Kau benar ingin membantuku, Sayang?" Weslee tersenyum dan mengangguk mantap. "Kalau begitu, aku punya tugas untukmu. Kau bersedia? Aku tidak akan memaksa."

"Apa itu, Harry? Selama aku bisa, aku pasti akan melakukannya."

"Jadilah orang ketiga dalam hubungan Amanda dan David!"

"Amanda dan.. David?" tanya Weslee sambil mengernyit.

Harry mengangguk. "Goda David! Usahakan Amanda selalu melihatnya! Terserah skenario yang kau buat seperti apa."

Weslee tampak berpikir, lalu tersenyum. "Kau percaya padaku kan, Harry?"

"Aku selalu mempercayaimu, Sayang."

Welsee tersenyum lebar. Harry selalu bisa meluluhkan hatinya. Namun wanita ini memang polos. Dia tak pernah tahu apa yang sudah dilakukan Harry dengan sekretarisnya. Hubungan yang dijalin dengan Welsee hanyalah formalitas. Harry punya segudang wanita yang diajaknya untuk sekedar bercinta meski hanya semalam.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang