PART 62

171 13 0
                                    

    Suara bel berbunyi mengganggu me time seorang wanita yang tengah menghabiskan waktu sore menjelang malamnya dengan menonton TV. Ia berdecak kesal lantaran para pelayan tidak kunjung menghentikan aksi itu. Ia melempar snack dalam plastiknya ke atas meja dan beranjak dari duduknya. Dengan terus mengumpat, ia berjalan menuju pintu utama sumber dari suara.

"Happy birthday!!" seru dua wanita berambut pirang yang menjadi dalang kebisingan di Anthonio mansion ini. Nyonya dari mansion itu terkejut dan menutup mulut menganganya dengan kedua tangan.

"Oh my god. My bebe. Kalian mengingat ulang tahunku," tukasnya lalu mempersilakan kedua sahabatnya masuk.

Kue ulang tahun simple namun elegant itu begitu cantik di depannya. Ia meminta para pelayan untuk menyiapkan minuman serta makanan untuk makan malam. Kedua sahabatnya memintanya meniup lilin. Tepuk tangan bahagia mereka berikan atas bertambahnya usia Amanda Chaterine Luther. Ya, marga Amanda memang sudah berganti.

"Mr. David belum pulang?"

"Belum. Biasanya jam segini juga sudah pulang. Entahlah. Mungkin banyak kerjaan."

Mereka bersenda gurau bersama. Mulai dari mengingat masa sekolah hingga membicarakan masa depan. Ah, ya, kandungan Jennifer Beby Martinez sudah memasuki usia sembilan bulan.

"Kapan kira-kira?" tanya Amanda penasaran.

"Mungkin pertengahan bulan depan."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Sudah ku bilang aku tidak mementingkan itu, Stephanie. Yang penting dia terlahir sehat dan sempurna," jawab Beby dengan mengangkat kedua tangannya.

"Tapi kan juga butuh persiapan," elak Amanda membuat Stephanie mengangguk.

Beby tampak berpikir. "Tapi Felix berkata dia siap membeli semua perlengkapan setelah bayi kita lahir."

"Waw. Kalo aku mungkin jauh-jauh hari sudah kami persiapkan," tambah Amanda.

Beby menghela napas. "Sudah, kok. Tinggal mainan dan dekorasi kamar saja yang belum," jawab Beby kesal.

Amanda dan Stephanie tertawa kecil. Mereka melanjutkan makan malamnya. Tidak menunggu David pulang. Karena beberapa menit setelah meniup lilin, David mengirim pesan akan lembur. Jelas Amanda marah. Tapi keberadaan kedua sahabatnya mampu meredam emosinya.

"Aaa!!" jerit mereka serempak saat listrik tiba-tiba mati.

"Mariah! Reynand! Nyalakan lagi listriknya!" teriak Amanda namun tidak ada jawaban.

Dengan kesal, Amanda berjalan meraba-raba sekeliling menuju kotak sekring yang ada di garasi. Ia harus melewati ruang keluarga, tangga, ruang tamu, dan baru bisa sampai disana. Namun langkahnya terhenti lantaran ada banyak lilin yang menyala di ruang tamu.

"Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday-" nyanyian itu keluar dari mulut para manusia yang memegang lilin disana. Amanda terdiam di posisinya. Ia hanya bisa menangis dan tersenyum bahagia. Setelah meniup lilin, lampu kemudian menyala.

"Happy birthday my queen. I wish all the best in your 22," ucap pria yang memegang kue tart itu yang kemudian mencium punggung tangan Amanda.

"Oh, David. Thank you so much," balas Amanda dan langsung memeluk suaminya.

Stephanie dan Beby tidak tahu dengan kejutan ini. Dia juga heran karena Felix dan Gherald juga ada disana. Tapi mereka bahagia.

"Let's party!" teriak David dan ikuti sorak yang lain. Mereka menuju aula mansion ini. Sepertinya para pelayan sudah berkomplot dengan David. Hingga mereka dengan gesit menyuguhkan berbagai macam makanan. Amanda hanya menonton manusia-manusia yang tampak bergembira. Lantas sorot matanya jatuh pada pria yang tengah melepas jas hitam beserta dasinya. Tampak pria itu melanjutkan melepas dua kancing teratas kemejanya lalu menggulung lengan hingga kesiku. Amanda berjalan mendekat pada pria itu.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang