"Mengapa kau renggut kebahagiaan yang baru saja kurasakan ini, Tuhan?"
Amanda Chaterine Williams
🌷🌷🌷🌷🌷
Gadis berambut pirang bermata biru itu tampak sangat gusar. Pikiran tentang adiknya terus menganggu hidupnya. Bahkan tidur pun ia susah. Apalagi semenjak pembicaraan mereka waktu itu. Adiknya tidak pernah menemuinya. Rencana apa yang dimaksud adiknya. Yang pasti itu hal yang buruk.
Sering ia mencoba untuk menghubungi mantan kekasihnya itu. Tapi keberanian tidak kunjung menemaninya. Saat ini ia duduk di ayunan taman belakang rumahnya. Ia terus berpikir keras. Dengan menghela napas panjang ia memutuskan langkah yang ia ambil.
"David? Ini aku, Camellia."
"Ada apa?"
"Boleh kita bicara sebentar? Aku ingin membicarakan tentang Albert."
"Okay. Jam satu nanti aku ada janji makan siang. Kau bisa datang sebelum itu. Nanti alamatnya aku kirim."
"Okay, David. Terima kasih."
Camellia mengulum senyum. Ia bisa bertemu, bahkan akan berbicara dengan David. Betapa merindunya Camellia akan suara David. Tapi kembali pada tujuan awal. Camellia hanya akan menceritakan tentang Albert. Jangan berharap Camellia! David sudah resmi menjadi kekasih Amanda.
Setelah selesai berdandan, ia menuju garasi. Camellia tampak cantik dengan balutan dress warna donker yang sangat cocok di kulitnya. Camellia memang sangat feminin bak putri di negeri dongeng. Ia melajukan mobilnya menuju restoran yang telah dikirimkan alamatnya oleh David.
Tak perlu menunggu waktu lama, Camellia sudah sampai di restoran tersebut. Senyum mengembang ketika menemukan sosok yang sangat ia rindukan. Dia berjalan dan menyapa orang tersebut lalu duduk di hadapannya.
"Kau ingin memesan sesuatu?" tukas pria itu seraya memanggil waiters.
Camellia memesan strawberry juice, sedangkan pria di depannya sudah menyesap cappuccino icenya. Di samping pria itu terdapat sebuket mawar merah yang tampak sangat cantik. Camellia mengulas senyum. Lima bulan berpacaran dengan David, ia tidak pernah mendapatkan buket bunga seperti itu. Paling-paing hanya sebatang coklat. Dan pernah setangkai bunga krisan merah muda. Ia tetap menyimpan itu meski sudah mengering. Ya, mereka berpacaran hanya lima bulan, dan sudah kandas sejak tiga tahun yang lalu. Camellia menyadari siapa dirinya. David tidak pernah mencintainya. Camellia lah yang memohon agar David menerimanya. Meskipun secara terang-terangan David mengatakan jika dirinya mencintai gadis lain, tapi setidaknya, David tetap baik dan perhatian padanya.
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Em, ini tentang Albert. Albert sudah tahu kalau kau dan Amanda resmi menjadi sepasang kekasih."
"Oh, bagus."
"Bagus?"
"Hmm, dengan begitu dia tahu diri."
"David. Aku pikir kau sudah mengenal Albert. Dia pantang menyerah jika menginginkan sesuatu."
"Lalu?" David mengangkat satu alisnya. Bukannya menjawab, Camellia malah menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar. Dia menangis? Camellia mengusap wajahnya cepat, mengangkat kepalanya menatap David.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Down [The Rest Of Life]
Romance#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat sinar mentari di pagi hari menampakkan segala aktivitasnya. Taburan bintang di langit malam dengan se...