PART 32

145 12 0
                                    

    Mobil sport merah itu melesat memasuki area kampus, dan berhenti di area parkir. Mobil itu menyita perhatian semua manik mata. Pasalnya plat khusus yang hanya dimiliki oleh pria bernama Anthonio Luther Davidove itu begitu familier bagi para wali mahasiswa. Terutama mereka yang dari kalangan pebisnis, sudah pasti hapal betul.

Seorang pria yang mengenakan setelan suit itu turun diikuti seorang gadis manis yang mengenakan dress dengan panjang separuh paha, juga heels yang membuat kakinya terlihat jenjang. Terukir senyum bahagia di sudut bibirnya. Entah karena hari ini agendanya penghargaan bagi mahasiswa berprestasi, atau karena suatu yang lain.

"Tuan Luther!" sapa seorang pria menghampiri David.

David tersenyum simpul. "Oh, Tuan Wilson. Anda juga wali mahasiswa?"

Tn. Wilson menatap Amanda yang diam berdiri di samping David. "Iya. Saya ayah dari Irish Wilson. Mungkin Amanda mengenalnya." Amanda tersenyum menanggapi penuturan Tn. Wilson. "Anda-?" sambungnya mengantung, karena tak tahu apa hubungan David dengan Amanda.

"Oh, ya." David menoleh pada Amanda sekilas. "Saya wali dari Amanda. Orang tuanya berhalangan hadir, jadi saya yang menggantikan beliau," papar David.

Tn. Wilson ber-oh-ria. Mereka berjalan beriringan memasuki gedung yang telah didekor sedemikian rupa. Kali ini, mahasiswa dan walinya duduk bersebelahan. Amanda duduk terdiam di samping David, begitu manis.

"Tuan Aaron?" tanya David memastikan pada pria paruh baya di sampingnya.

"Oh, Tuan David!" Mereka berjabat tangan lalu saling menepuk pundak lawannya secara jantan. Amanda tersenyum melihat Tn. Aaron dan juga Julia yang duduk di samping Papinya.

Tak lama, acara dimulai. Beberapa sambutan juga pengarahan diberikan oleh rektor, wakil rektor, dan juga petinggi lainnya. Mahasiswa yang berprestasi dipanggil satu persatu sesuai dengan fakultas, prodi, juga tingkatkannya. Tepuk tangan meriah terus menggema di seluruh sudut gedung.

Amanda terus mengulas senyum sambil bertepuk tangan kecil. Tiba pada penghargaan bagi mahasiswa tingkat kedua, fakultas mereka, dan sekarang masuk pada prodinya. Ia tersenyum lebar begitu nama Julia Aaron dipanggil. Tn. Aaron sampai standing applause lalu mencium kedua pipi putrinya. Julia mendapatkan peringkat kedua dari 72 mahasiswa di prodi satu angkatannya.

"Aku tahu kau yang peringkat satu," ucap Julia pada Amanda sembari berjalan ke atas panggung. Amanda hanya tersenyum tipis. Dan benar, MC menyebutkan nama Amanda Chaterine Williams sebagai peringkat satu. David menatap Amanda penuh arti.

Acara sudah usai. Para mahasiswa yang berprestasi mendapatkan sertifikat juga sebuah trofi atas pencapaiannya. Amanda memegang satu trofi, sedangkan satunya David yang membawanya. Mereka berjalan beriringan dan ingin pulang sekarang. Namun langkah mereka terhenti.

"Selamat, Amanda!" tukas Eliza menghampiri Amanda. Sedangkan Amanda hanya tersenyum kecut mendapat ucapan selamat itu. Ia pun melenggang pergi bersama David meninggalkan Eliza. Eliza tersenyum miring lalu berjalan santai.

"Aku tidak menyangka, Amanda mendapatkan IP tertinggi di kampus. Dia mendapatkan dua penghargaan hari ini," tukas Irish yang duduk berhadapan dengan Julia.

"Dia memang pintar. Padahal... masalah selalu mendatanginya, tapi di--"

"Setelah ini dia juga akan mendapatkan masalah," Eliza memotong ucapan Julia. Dua gadis berambut pirang itu memelototi Eliza. Namun Eliza hanya mengulas senyum.

Mobil merah itu melaju dengan santai menyibak jalanan. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Sesekali David melirik gadis yang duduk di sampingnya itu mengunci mulut.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang