PART 69

155 11 0
                                    

    Dua wanita bersurai cokelat bermata biru yang duduk di sebuah kafe tengah saling menatap penuh arti. Tiga puluh menit berlalu, namun tak ada pembicaraan berarti yang merujuk pada tujuan mereka bertemu. Yang satu menatap wanita di depannya dengan ketakutan, sedang yang satu sudah menunjukkan wajah malasnya sembari menyesap cangkir tehnya.

"Sebenarnya apa tujuanmu memintaku kesini, Evelyn?" tukas wanita itu kesal.

"Aku.. Aku ingin bertemu denganmu. Karena.. Karena aku-"

"Jangan membuatku muak! Aku akan keluar dengan teman-temanku. Membuang-buang waktuku saja," gerutunya.

Evelyn menggeleng. "Tidak. Jangan! Jangan pergi bersama teman-temanmu! Kau.. Kau akan-"

BRAAK!

"Kau ini siapa berani mengaturku?! Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, aku pergi!"

"Tunggu, Kak Amanda!"

Amanda berjalan cepat keluar kafe. Umpatan terus keluar saking kesalnya. Ia meminta Reynand untuk melajukan mobil menuju mall dimana ia sudah berjanji dengan Beby dan Stephanie. Usia kehamilan tujuh bulannya tidak menjadi penghalang dirinya untuk sering jalan-jalan dengan teman-temannya.

Di dalam kafe, Evelyn kembali duduk dengan tubuh bergetar. Ia tak tahu harus apa. Tangannya merangkak mengambil handphonenya dan menelepon seseorang. Ia menyampaikan jika dia gagal menahan Amanda.

"Amanda!"

"Maaf lama. Tadi Evelyn menemuiku. Tapi aku tidak tahu apa tujuannya," tukas Amanda dengan wajah ditekuk.

"Yasudahlah, yang penting kita have fun!"

BRAAK!!

"Kenapa kau meloloskannya?! Sekarang ikut aku dan tunjukkan dimana tempatnya!"

"Tunggu! Kenapa kau terus memaksa putriku sedari tadi?!"

Wanita itu menoleh. "Nyonya Ulyssia. Saya sedang ada urusan dengan putri Anda!" sengitnya dan langsung menarik Evelyn agar keluar dari kafe itu.

"Tante? Evelyn?"

"Peter! Peter, wanita ini terus memaksa Evelyn." Ny. Ulyssia mengadu pada keponakannya.

Peter menatap wanita itu, sedangkan wanita itu mendecak kesal. Tiba-tiba earphone di telinganya berbunyi. Wanita itu mengumpat marah dan melenggang pergi dari sana. Evelyn menatap punggung wanita itu yang kian menjauh.

Ny. Ulyssia mencengkram kedua bahu Evelyn. "Ada urusan apa kamu dengan wanita itu?"

"Kita harus mengejarnya, Mammy. Zayya, tidak.. Amanda akan dalam masalah besar. Peter, antarkan kita!" seru Evelyn.

Suara tawa tiga wanita itu terus saja terdengar. Reynand seperti biasanya, hanya menjadi bayangan yang tak dianggap dan menjadi troley berjalan tentunya. Namun hal itu lebih baik daripada dia beraksi. Bukankah pekerjaan Reynand hanya memastikan nyonyanya baik-baik saja?

"Girls, kalian tidak ingin ke toilet?"

Stephanie tertawa pelan. "Wajar ibu hamil, lebih sering buang air kecil. Ayo!"

Tiga wanita tadi langsung mencari toilet terdekat. Beby dan Stephanie menunggu di luar, sedangkan Reynand mengawasi di ujung lorong. Lima menit berlalu, Reynand melirik mereka lagi. Sepertinya Beby dan Stephanie masih menunggu. Sepuluh menit, Reynand mulai khawatir. Ia pun berjalan mendekat pada Beby dan Stephanie membuat pengunjung lain menatapnya horror.

"Amanda! Amanda!" Stephanie mencoba memanggilnya dengan menggedor pintu satu persatu. Karena tak ada jawaban, dengan panik, Stephanie keluar menemui Beby dan Reynand. Pengawal pribadi itu langsung masuk ke dalam toilet tak peduli jika itu toilet wanita.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang