PART 21

167 14 0
                                    

    Gadis berambut hitam legam sebahu itu tampak serius menuliskan sesuatu di buku catatannya. Terlihat dari depan seorang gadis bersurai cokelat berjalan ke arahnya dengan tas yang menggantung di pundak kirinya. Ia menarik kursi dan menatanya di depan gadis berambut hitam tadi. Ia tersenyum simpul melihat gadis di depannya begitu serius sampai tidak menyadari kedatangannya.

"Eliza!"

"Eh! Iya, Amanda?!"

Gadis berambut hitam itu kaget ketika Amanda memanggilnya. Amanda hanya terkekeh, sedangkan gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Sedang apa? Serius sekali."

"Oh, ini. Buat rangkuman mata kuliah statistik."

Eliza memperlihatkan bukunya pada Amanda. Tiba-tiba dia menyipitkan mata menatap Amanda lekat. Ia seolah mengintimidasi. Amanda hanya membelalakkan mata melihat Eliza yang bertingkah aneh menurutnya.

"Tumben sekali kau mengajakku bicara. Ada apa?"

"Tidak."

Amanda menoleh memalingkan wajah. Eliza terus saja menatap Amanda dengan menggoda. Bibirnya menyeringai. Ia menerka-nerka kenapa tiba-tiba Amanda mengajaknya bicara. Ini hal yang aneh memang. Mengingat Amanda tidak pernah memulai pembicaraan dengan siapa pun.

"Jangan-jangan kau sudah menerimaku jadi sahabatmu, hem?!"

"Ih! Kenapa jadi kesitu? Aku hanya ingin mengajakmu ke kafe. Kau luang?"

"Em! Tentu!" Eliza mengangguk mantap seraya merapikan buku catatannya. Ia berdiri dan berjalan mengikuti Amanda yang melenggang lebih dulu. Reynand sudah ada di sana menunggu Amanda.

"Reynand! Nanti kamu pilih meja sendiri!"

"Baik, Nona."

Amanda dan Eliza duduk berhadapan di meja kafe. Sedangkan Reynand ada di meja ujung sana. Suasana sore ini begitu hangat. Mereka memanggil waiters dan memesan sesuatu.

"Amanda. Sepertinya hatimu sedang berbunga?!"

"Tidak."

Amanda mengedikkan sedikit bahunya dan menggeleng pelan. Eliza terkekeh melihat tingkah Amanda. Tak lama waiters pun datang dengan membawa pesanan mereka. Cappuccino float kesukaannya tidak boleh ketinggalan.

"Lalu, kenapa kau mengajakku kesini?"

Eliza menaik turunkan kedua alisnya menggoda. Amanda bingung harus menjawab apa. Dalam hati kecilnya, dia ingin menuangkan perasaannya agar beban yang dipikulnya sedikit berkurang. Namun disisi lain, dia ingin terlihat kuat. Dia tidak mau orang lain melihat kelemahannya.

"Tidak kenapa-kenapa. Hanya ingin ada teman makan bersama. Bosan kalau terus dengan Reynand."

Eliza ber-oh-ria menanggapi jawaban Amanda. Dia percaya saja dengan alasan yang dilontarkan Amanda. Karena dia memang tidak tahu apapun tentang hidup Amanda. Padahal sebenarnya Amanda selalu diajak makan bersama oleh Andrew ketika tidak sibuk. Tapi Amanda selalu menolak.

Reynand memandang mereka dari kejauhan dan tersenyum simpul. Eliza dan Amanda memakan pesanan mereka sambil sesekali bercakap. Tiba-tiba seorang lelaki duduk di kursi samping mereka. Sontak mereka menoleh cepat. Lelaki itu tersenyum manis pada Amanda.

"Halo, Princess!"

Amanda mencebik dan memalingkan wajahnya. Eliza menatap mereka bergantian dengan kebingungan yang tergambar jelas di raut mukanya. Lelaki itu memanggil waiters dan memesan segelas ice white coffee.

"Amanda. Apa ini kekasihmu?"

"What?!!"

Wajah Eliza kaget saat Amanda meninggikan suaranya. Lelaki itu terkekeh senang. Amanda memicingkan mata melirik lelaki itu. Dia menghela napas panjang dan memijit pelipisnya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang