Part 20 : Ancaman Jessy

7.1K 335 2
                                    


"Mungkin, bagi beberapa orang uang bisa menjamin segalanya. Tapi, bagiku tidak. Uang tidak bisa menjamin kebahagiaanku karena yang kubutuhkan kasih sayang, bukan uang."

–––Raffael Alexander –––

💦💦💦💦💦


Setelah mengantar Alicia pulang, Raffa langsung pulang ke rumahnya karena hari sudah sore. Pikirannya tertuju pada Angel yang pasti sedang di rumah sendirian karena Mely, mama tirinya, sedang keluar kota  untuk mengurus pekerjaannya.
Sedangkan Papanya? Tidak perlu ditanya! Beliau sudah berhari-hari tidak pulang. Ralat, berminggu-minggu. Papanya sedang berada di Jerman untuk mengurus pekerjaannya juga. Yah, kedua orang tua Raffa sibuk bekerja tanpa memperhatikan anaknya. Raffa bahkan sudah melupakan bahwa Dirga adalah papanya. Raffa sudah muak dengan sikap papanya yang semaunya sendiri.

"Kak Raffa!" seru Angel langsung memeluk Raffa ketika Raffa baru masuk ke rumah.

"Angel." Senyum Raffa luntur saat menyadari air mata yang bergumul di mata adiknya. "Angel kenapa nangis?"

"Mama, Kak. Mama ... Mama kerja lagi ..." Angel berujar lirih, menatap Raffa dengan air mata yang tumpah.
"Katanya tiga lagi baru pulang, hiks."

"Angel ..."

"Jadi, Mama pulangnya hari Sabtu ya, Kak? Hari ini 'kan hari rabu." Angel memajukan bibirnya. "Masih lama dong! Terus Angel tidurnya sama siapa? Angel nggak mau sendirian, Kak. Angel takut ...."

"Mama ... kenapa sering nggak pulang sih, Kak?"

Raffa langsung menggendong Angel.
"Sayang ..., mama ngggak pulang karena ada urusan kerja." Raffa tersenyum kecil. "Nanti, kalau beres Mama pasti langsung pulang kok! Angel gausah takut, Kak Raffa akan menemani Angel tidur."

"Mama beneran cepat pulang 'kan Kak?"

"Iya, Sayang. Jadi, jangan nangis, oke?" bujuk Raffa.

Angel mengangguk kemudian mengelap sisa air mata di pipinya. "Iya, Kak, Angel nggak akan nangis lagi."

Raffa menurunkan Angel dari gendongannya. "Senyum dong?"

Angel tersenyum, menuruti perintah Raffa.

"Main boneka di kamar Angel yuk, Kak!"

"Iya, tapi Kak Raffa ganti baju dulu."

Mendapati anggukan Angel, Raffa segera menuju kamarnya setelah mengusap kepala Angel.

"Ma, Pa, Angel nggak butuh uang. Yang Angel butuhkan adalah kasih sayang, bukan uang!"

"Kapan kalian sadar!"

Setelah mengucapkan itu, Raffa mandi lalu berganti baju. Bukannya langsung menghampiri Angel, lelaki itu malah berbaring di kasur king size-nya seraya melamun.

"Gue ... kenapa? Kenapa peduli sama cewek itu?" Raffa terdiam lalu menghela nafas. "Dan kenapa gue deg-degan saat di dekatnya?"

"Mungkinkah gue ... punya riwayat penyakit jantung?" Raffa melebarkan matanya kemudian menggeleng.

"Atau ... ini yang namanya ... cin-ta?"

"Cinta?" Raffa menelan salivanya. Mengucapkan kata itu saja susah, apalagi merasakannya. "Apa iya? Seperti ini rasanya jatuh cinta yang kata Rangga indah?"

Firstlove Seorang Iceboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang