Pagi-pagi diisi dengan mengerjakan pekerjaan rumah itu bagus. Apalagi waktu libur kerja. Daripada duduk-duduk gabut di depan televisi, mending beres-beres seperti Vero, cowok idaman yang super rajin.
Tapi pagi cerahnya hancur oleh kedatangan seseorang. Vero yang tengah menyiram bunga menyenyit, menatap pria di depannya yang menatapnya tajam.
Mau ngapain lagi nih, bocah?
"Mana Alicia?!"
Meski binggung, Vero tetap menjawab. "Di sekolahlah, bego! Salah lo sendiri, telat jemput." Vero mendesis sinis. "Pacar macam apa itu."
"Gak ada!"
"Nggak jelas lo, triplek!" Vero meletakkan penyiram tanaman ke tanah. "Apanya yang nggak ada?"
"Alicia gak ada di sekolah." Raffa semakin mempertajam tatapannya. "Gue tahu dia sakit, gak sekolah. Mana Alicia?!"
"Alicia sakit?" Vero malah balik bertanya. Matanya berkedip beberapa kali. "Serius?"
"DIMANA ALICIA?!"
Vero terdiam sejenak. Jelas-jelas tadi adiknya berpamitan hendak ke sekolah. Keadaannya pun sehat wal afiat, kecuali hatinya mungkin. Jadi, apanya yang sakit?
"Mana?!"
"Oh iya ..., Alicia sakit. Mungkin ... karena elo." Vero mengangkat sudut bibirnya. "Tapi jangan harap gue ngizinin lo nengok dia."
"Dia ... di dalam?"
"Iyalah! Menurut lo, dimana lagi?!" Vero mendesis, menatap sinis Raffa yang menatap pintu rumahnya.
Kali ini Raffa yang menyernyit. Melirik Vero sekilas kemudian kembali menatap pintu rumah Alicia. Kalau Alicia sakit, perempuan yang dilihatnya bersama Tasya tadi siapa?
"Udah sono pergi! Enek gue liat muka lo!"
"Gue harus bicara," Raffa menatap datar Vero. Kedua tangannya terkepal. "dengan Alicia."
★★★★★
Membersihkan toilet ternyata lebih menyusahkan dibanding hormat kepada bendera merah putih di lapangan. Selain melelahkan, matanya disuguhi beberapa adegan tak mengenakkan. Raffa menghela nafas. Kenapa juga dia malah datang ke sekolah?
Dan, jangan lupakan beberapa siswi yang nampak mondar-mandir ke toilet wanita yang memang bersebelahan dengan toilet pria. Entah memang sakit perut atau hanya untuk mencari perhatian Raffa.
Lelaki itu berdecak, meletakkan alat pel ke lantai lalu menyulgar rambutnya. Hukuman kali ini cukup melelahkan. Dia terdiam, menatap toilet yang baru dibersihkan setengah lalu mengangkat bahu acuh dan berjalan menuju kelas dengan gaya cool. Biarkan saja siswa bandel lain yang membersihkan separuhnya.
Tepat saat dia berada di samping toilet wanita, kakinya berhenti berjalan. Matanya terus memperhatikan seorang gadis yang baru saja keluar dari toilet.
"Tunggu,"
Gadis itu berhenti berjalan, terdiam sejenak sebelum membalikkan badan. Matanya langsung melebar saat melihat Raffa. Untung saja Raffa segera mencekal tangan gadis itu saat dia hendak pergi.
"Kenapa?" Gadis itu terdiam, memilih menatap lantai ketimbang menatap wajah Raffa.
"Kenapa lo bohong, Alicia?"
Alicia tak menjawab. Semakin menundukkan kepalanya dengan tangan yang berusaha memberontak.
"Jawab! Kenapa lo bohong?!" Kali ini pertanyaan Raffa menjadi bentakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/166259121-288-k574523.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Firstlove Seorang Iceboy [END]
Teen FictionRaffael Alexander atau biasa dipanggil Raffa. Seorang lelaki yang identik dengan sifat dingin dan cuek, membuatnya mendapat julukan si muka tembok dan si kulkas berjalan. Raffa banyak dikejar gadis-gadis cantik, tetapi dia tidak pernah sekalipun mem...