Part 87 : Mengacuhkan, lagi

2.4K 131 14
                                    


Dengan lunglai, kedua kaki itu dipaksakan terus berjalan. Melupakan kepalanya yang semakin terasa berat. Ketika matanya mendapati seseorang yang dicari, senyuman kecil terbit di bibir pucatnya.

"Raffa ...." lirihnya sambil memegangi kepala. "Ayo, pulang ...."

"Raffa?" Karena tak kunjung mendapat jawaban, tangannya menyentuh pundak lelaki itu. "Raf—"

"Diam!" bentak Raffa lalu berdiri. Matanya sempat menatap datar Nara yang nampak lemas sebelum berlalu pergi begitu saja. "Jangan ganggu gue."

"Ta-tapi ..., ke-kepalaku pu-sing," ujarnya terbata dengan tangan yang berpegangan pada meja. "A-aku ... ga-gak ku-at ja ..."

Bruk! Belum selesai bibirnya berucap,  Nara terlebih dahulu tumbang saat penglihatannya menjadi gelap.

Raffa yang sudah sampai di ambang pintu reflek menoleh ke belakang dan berlari cepat menuju gadis itu.

"RA!"

Tanpa pikir panjang, langsung saja Raffa menggendong Nara ke UKS.

"Bertahan, Ra."

★★★

"Aduuuh, pelan-pelan dong, Ca! Sakit tahu!"

"CAAA!"

Alicia memutar bola matanya kemudian meletakan obat merah di meja. "Udah pelan itu!"

Glo mencebik.

"Lagian salah Kiki sendiri, ngapain berantem coba? Pulang sekolah bukannya pulang ke rumah malah berantem! Apa gunanya coba?"

Glo memalingkan wajahnya dengan ekspresi malas. "Namanya juga cowok, Ca."

"Gunanya ya, biar badan sehat!" serunya dengan bangga.

Alicia berdiri lalu berkacak pinggang. "Sehat?" Tangannya menekan memar di wajah Glo dengan sebal. "Ini yang namanya sehat?!"

"Aduh, sakit njir!"

"Njar-njir, njar-njir! Kiki pikir banjir?!" Mata gadis itu kian melebar bersamaan dengan bibir yang mendesis. "Makanya jangan berantem!"

"Iya-iya, besok gue gak berantem."

Alicia memutar matanya, tak percaya. "Alicia nggak percaya! Palingan besok pagi-pagi udah buat keributan. Udah di hukum di lapangan sambil hormat ... " Alicia tak jadi melanjutkan ucapannya. Matanya terus memperhatikan seorang lelaki yang membopong seorang gadis yang sepertinya pingsan dari balik jendela.

"Dia 'kan ..."

Karena penasaran, Alicia mengintip dari balik tirai yang digunakan sebagai pembatas antar brankar. Helaan nafas terdengar dari bibir mungilnya.

"Tolong cewek ini!"

Lelaki itu terlihat sangat gelisah saat tidak mendapat sahutan atas teriakannya. Terlihat jelas, dia sangat khawatir.

"Ra, bangun, Ra!" ujarnya sambil menepuk-nepuk pipi gadis yang terbaring lemah.

Se-khawatir itu?

"Woy, Ca! Ngintip apaan lo?" Alicia tak menggubris pertanyaan Glo. Kedua matanya terus memperhatikan pergerakan lelaki yang berada jauh di depannya yang tengah panik.

"Gue harus apa?"

"Kenapa gak ada orang?"

"Apa gue bawa ke rumah sakit?"

Alicia menghela nafas, memejamkan matanya cukup lama dan menarik nafas panjang sebelum melangkahkan kaki mendekati Raffa.

Alicia nggak boleh egois.

Firstlove Seorang Iceboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang