Part 23 : Perasaan Yang Menyelinap

6.8K 330 2
                                    

"Cinta itu ... memang dapat mengendalikan segalanya. Baik hatimu, maupun pikiranmu."

🍂🍂🍂🍂




Bel pulang baru saja berbunyi, tetapi Bu Luki si guru teladan, belum juga menyelesaikan ceramahnya. Beliau dengan sangat bersemangat menjelaskan cara mengerjakan beberapa soal di papan tulis, sampai bel tanda pulang tak didengar olehnya.

Tentu saja suasana kelas tidak kondusif, semua siswa ingin segera pulang dan membaringkan tubuhnya ke kasur yang empuk. Ingin rasa meneriaki guru Fisika itu, "BU!PELAJARANNYA UDAH SELESAI!" tepat di telinga beliau. Tetapi itu hanyalah sebatas angan. Mana ada yang berani mengucapkan itu kepada Bu Luki yang galaknya sudah terkenal seantero SMA ini.

"Bu Luk gak denger bel apa?" bisik seorang siswa, mulai sebal. Teman sebangkunya menghela nafas lalu menggeleng.

"Ro! Bu Luk kayaknya udah budek deh," bisik Rangga kepada Dero yang sedang meletakkan kepalanya di meja. Reflek, Dero langsung mengangkat kepalanya dan melihat Rangga.

"Iya, sepertinya itu benar."

Rangga berdecak kesal. Gagal sudah rencana kencan bersama pacarnya.
"Dasar budek! Sialan!" umpatnya kesal.

Ternyata umpatan Rangga mampu membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Bahkan Bu Luki kini menatapnya tajam.

Mampus!

"Rangga, kenapa kamu berteriak?! Siapa yang kamu bilang budek?!"

Rangga hanya bergeming.

"Rangga! Kamu dengar ucapan saya kan?! Jawab sekarang!" perintah Bu Luk dengan ekspresi garang.

Keringat dingin mulai bercucuran di tubuh Rangga. Bagaimana bisa guru teladan itu mendengar umpatan Rangga? Sial!

"RANGGA! JAWAB SEKARANG!"

Rangga melihat ke semua teman sekelasnya, berharap salah satu dari mereka dapat menolongnya dari amukan Bu Luki. Sialnya, mereka malah membuang muka saat Rangga mengode sedang meminta pertolongan.

Dasar temen laknat!

"RANGGA!"

Selepas kaget, Rangga kembali menatap gurunya itu sejenak lalu menunduk. "Anu Bu, itu .... Engh ... itu ..."

"Anu itu anu itu apa, Rangga?! jawab yang benar!"

Harus Rangga akui bahwa tatapan tajam Bu Luki lebih mengerikan dari tatapan mantan-mantannya saat Rangga memutuskan mereka. Benar-benar membuat jantung berdetak kencang.

"Bel pulang sudah berbunyi, Bu. Sejak tadi," ujar Rangga akhirnya.

Wajah Bu Luki yang tadinya garang, kini menjadi kebingungan. "Iya 'kah?"

Lah, Bu Luk gak marah?

"Iya, Bu ...."

Bu Luk berdehem kemudian membereskan buku-bukunya. "Baiklah, pembelajaran hari ini cukup. Untuk soal nomor 3 sampai 10 dijadikan pr, mengerti?"

"Mengerti, Bu!" jawab semua siswa kompak.

"Selamat siang dan hati-hati." Tanpa menunggu sahutan dari muridnya, guru fisika itu melangkah ke luar kelas, disusul para siswa yang tak sabar ingin segera pulang.

Firstlove Seorang Iceboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang