Kedua sudut bibir itu terus terangkat membentuk sebuah senyuman manis. Sebelah tangan itu juga terus melambai, menyapa orang-orang yang ditemuinya."Hai, Al!"
"Eh, hai Diana!"
"Pagi, Kak Al!"
"Pagi juga, Icha!"
Sesampainya di kelas, senyuman itu kian lebar. Menepuk bahu gadis yang dilewatinya lalu duduk dengan tenang. "Pagi, Tasya!"
Tasya menatapnya heran.
"Al! Al!" Lissa berdiri di depan Alicia dengan nafas terengah. Di belakangnya ada Erika yang juga kelelahan. "Sumpah ya, lo tuh dipanggilin budek banget, sih!"
"Memang ada apa sih, Lissa? Ada murid baru yang ganteng?" tanya Alicia dengan raut malas.
"Bukan! Itu, Al, Raffa-"
"Lo depresi?!" Setelah memotong ucapan Erika, Lissa menatap aneh Alicia yang sibuk menulis.
"Alicia?" Setelah melirik Lissa yang mengangguk, Alicia bergeleng pelan. "Enggaklah! Ngaco Lissa ini. Amit-amit deh."
"Terus, lo kenapa happy gitu meski lihat Raffa-"
"Raffa bukan cowok Alicia lagi, kalau Lissa lupa," ujar Alicia sambil berkutat dengan bukunya lalu menghela nafas.
"Ya tapi 'kan, lo pasti masih peduli-"
"Ssst, jangan bahas itu! Alicia masih menghafal rumus," potong Alicia. Gadis itu memelototi Lissa. Tasya memajukan kepalanya, penasaran dengan apa yang ditulis Alicia.
"Fisika? Ada ulangan?" tanya Tasya binggung.
"Lah? Rasanya sekarang gak ada pelajaran fisika deh," imbuh Erika sambil mengingat. "Ini lo yang rajin atau gue yang lupa?"
"Ah, sok rajin lo, Al!" cibir Lissa. Alicia menghela nafas lalu meletakkan penanya.
"Lissa, Tasya, dan Erika, bukan Alicia yang sok rajin tapi kalian yang malas!" Alicia bergantian menunjuk wajah ketiga temannya yang binggung. "Dua minggu lagi kita 'kan mau ujian, jadi kalian harus belajar dong! Biar pinter kayak Alicia dan bisa masuk ke universitas impian kita."
"Tapi, Al, ini darurat! Asal lo tahu ya, Raffa-"
"Lissa, stop! Gak usah bahas tentang Raffa lagi. Mau Raffa kenapa-napa, jalan sama siapa, I don't care!"
"Alicia bener-bener gak peduli!" ser Alicia sebal.
Lissa dan Erika hanya saling pandang, kemudian menatap serius Alicia yang kembali fokus ke buku di depannya. Alicia yang merasa terus diamati, bertanya.
"Kenapa lagi?"
"Seserius itu?" Bukan Lissa yang berujar, tetapi Tasya.
"Iyalah, Tasya! Kalau nggak serius nggak akan mendapat nilai tinggi nanti," jawab Alicia dengan yakin.
"Bukan soal itu." Mendapati raut tak mengerti Alicia, Tasya kembali berucap. "Seserius itu lo benci Raffa?"
Alicia tak menjawab.
"Yaelah, Sya, ribet bener ngomongnya. Tinggal bilang 'lo beneran gak peduli lagi sama Raffa 'kan? Soalnya dia lagi berantem tuh sama Glo' beres!" seru Lissa.
"Gitu aja susah."
Seruan Lissa sontak membuat Alicia melotot. "Raffa berantem?! Sama Kiki?"
"Iyaaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Firstlove Seorang Iceboy [END]
Fiksi RemajaRaffael Alexander atau biasa dipanggil Raffa. Seorang lelaki yang identik dengan sifat dingin dan cuek, membuatnya mendapat julukan si muka tembok dan si kulkas berjalan. Raffa banyak dikejar gadis-gadis cantik, tetapi dia tidak pernah sekalipun mem...