Part 80 : Janji Raffa

2.4K 135 28
                                    

"Jangan terlalu terpuruk oleh dia yang menyakitimu. Lihatlah ke belakang, ada sahabat yang selalu siap mendekapmu erat."

★★★

Cinta itu tidak selalu indah, terkadang penuh luka juga masalah. Terkadang berakhir manis, terkadang pun tragis.
Benar-benar hal yang rumit.

Kalau akhir percintaan Alicia sih rasanya selalu berakhir menyedihkan. Kalau tidak dibohongi ya diselingkuhi. Ujung-ujungnya kecewa lalu sakit hati sendiri. Berusaha move on, berhasil move on, mencintai lagi terus sakit hati lagi. Dan, yang bisa dilakukan ya hanya menangis di atas kasur seperti sekarang.

Dengan wajah yang ditutup bantal, tangisan itu kian keras. Berharap dengan menangis rasa kecewanya sedikit sirna. Sedikiiit saja.

"Rasanya lebih menyakitkan dari diselingkuhi Juna."

Alicia kembali menangis. Bantal di wajahnya dibuang asal karena merasa pengap. Tanpa sengaja matanya menangkap sebuah boneka hello kitty yang seolah melambaikan tangan kepadanya. Dia berdiri, mengambil boneka itu lalu memeluknya erat. Boneka itu adalah boneka limeted edition pemberian Raffa dulu, tepat sehari sebelum Nara datang.

"Raffa ...," lirihnya lalu kembali terisak.

Sekarang Alicia paham, mencintai memang harus siap dilukai. Ibarat bermain api, kapanpun cinta itu bisa membakarmu. Membuatmu hangus lalu lenyap hanya dalam waktu sekejap. Apalagi kalau terlalu mencintainya. Bukan hanya hatimu yang hangus, akal sehatmu juga. Jadi, berhati-hatilah dalam mencintai seseorang.

"Jangan pergi ... hiks."

Ah, lupakan perintah kakaknya yang menyuruhnya tidak menangis. Biarkanlah kecewa Alicia luruh bersama air mata yang keluar tanpa disuruh.

Tok. Tok. Tok.

Alicia menatap lamat-lamat pintu kamarnya yang diketuk oleh seseorang, tanpa bertanya 'siapa'.

"Al? Kita ... boleh masuk?" Alicia masih tak bergerak dari posisinya. Bibirnya pun masih tak mau terbuka.

"Kita bawa es krim kesukaan lo loh!" Lissa berseru riang, membujuk Alicia agar membukakan pintu kamarnya. "Al, buka dong ...! Al .... "

Ceklek.

Lissa tersenyum senang saat pintu akhirnya dibuka. Terlihat Alicia yang berdiri di depannya dengan mata sembab.
"Al, lo-"

"Ma-suk Lissa, Tasya."

Lissa terpaku di tempat sebelum melangkah masuk. Dalam hatinya bertanya-tanya 'ini kamar apa tempat sampah?'. Habisnya banyak tissue dimana-mana.

"Maaf, kotor." Alicia mencoba mengulas senyuman. Tangannya menerima sodoran kresek hitam dari Tasya. "Makasih."

"Sama-sama, Al."

"Ada ... apa Lissa sama Tasya kesini malam-malam?" tanya Alicia dengan suara serak. Sedikit heran dengan kehadiran kedua temannya saat hari hampir larut malam.

Lissa melirik Tasya sebelum menjawab, "Kita khawatir sama lo, Al."

"Iya, kita takut lo kenapa-napa," tambah Tasya.

Firstlove Seorang Iceboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang