Raffa melirik jam di tangannya lalu kembali mengetuk pintu di depannya. Sudah hampir dua puluh detik Raffa berdiri disini tetapi sang pemilik rumah belum jua membukakan pintu."Ass-"
"Mau apa lo?!"
Raffa reflek mundur saat seorang pria menodongkan garpu di wajahnya tepat saat pintu terbuka.
"Jangan dekati adek gue lagi!" Vero menatap Raffa tajam lalu mengarahkan garpu di tangannya ke leher Raffa. Raffa hanya menatap datar setelah meminimalisir kekagetannya. "Adek gue sudah berangkat sama Glo tadi. Lo terlambat!"
Raffa tak menggubris. Lelaki itu malah menatap jendela kamar Alicia.
"Sok nggak denger, ya, lo? Kalau mau dekati adek gue lagi, lawan gue dulu!" Vero semakin bersungut-sunggut saat mendapati Raffa yang malah melirik jam di tangannya. "Ooh, nantangin gue, lo?!"
"Kak Vero!"
Vero segera melepaskan cengkeraman tangannya di kerah baju Raffa. Dia berdehem sebelum membalikkan badan dan tersenyum lebar ke adiknya. "Udah beres, Sayang? Yuk, berangkat!"Alicia mendengus lalu melepaskan genggaman tangan kakaknya. "Alicia mau berangkat sama Raffa."
"Apa?!" Vero melotot lalu menggeleng tegas. "Nggak bisa! Setelah dia nyakitin kamu sampai kamu nangis, kamu segampang itu ma---"
"Alicia udah maafin Raffa, Kak. Itu suma kesalahpahaman lagi kok."
"Tapi Dek ..., dia itu sudah--"
"Lagian, marahan itu nggak baik 'kan kata Kak Vero? Jadi, untuk apa Alicia marah sama Raffa? Bukannya itu sama aja menambah dosa?" Vero tak mampu menjawab. Dia hanya menatap Alicia yang tersenyum manis lalu menghela nafas.
"Iya, Kak Vero salah."
"Nah gitu dong, Kak. Berani mengakui kesalahan." Alicia terkekeh lalu menyalami tangan Vero. "Alicia berangkat deh, assalamualaikum. Daaah, Kak Vero ...!
"Walaikumsalam,"jawab Vero. Matanya menatap Alicia yang masuk ke mobil setelah pintunya dibukakan oleh Raffa. Kali ini Vero menatap tajam Raffa yang membuka pintu mobil. Sebelum masuk, Raffa sempat-sempatnya tersenyum kecil ke Vero. Lagi, bagi Vero senyuman itu seolah mengejeknya.
Menyebalkan! Awas lo muka triplek!
★★★★★
"Ekhem. Soal kejadian kemarin gue ..."
"Ah, lupakan aja! Itu 'kan cuma kesalahpahaman doang." Alicia tersenyum, Raffa hanya mengangguk singkat.
"Jangan bahas soal itu lagi. Anggap aja kejadian itu tidak pernah terjadi, ya, Raffa. Saat itu Alicia yang salah karena emosian. Maaf!"
"Tapi gue yang ..." Melihat Alicia yang menggeleng membuat Raffa tersenyum kecil lalu mengangguk. "Oke."
Alicia tersenyum kecil, menatap Raffa yang fokus menggemudikan mobil.
"Jadi ..., gimana kado dari Alicia?""Bagus,"jawab Raffa seadanya. Alicia mencebik.
"Itu doang? Nggak ada kata-kata tambahan gitu? Kata-kata yang indah kek."
Raffa menoleh, terkekeh saat mendapati wajah cemberut Alicia. "Bagus, gue suka."
Alicia mengukir senyuman lebar lalu mendengus. "Ah, telat! Raffa gimana sih? 'kan Alicia jelas-jelas udah nulis di suratnya 'jangan lupa dibalas, di chat aja!' kenapa nggak di bales?" Alicia menyipitkan matanya kemudian membuka lebar mulutnya. "Jangan-jangan Raffa belum baca suratnya lagi?! Iya 'kan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Firstlove Seorang Iceboy [END]
Ficção AdolescenteRaffael Alexander atau biasa dipanggil Raffa. Seorang lelaki yang identik dengan sifat dingin dan cuek, membuatnya mendapat julukan si muka tembok dan si kulkas berjalan. Raffa banyak dikejar gadis-gadis cantik, tetapi dia tidak pernah sekalipun mem...