"Tak apa membuka kenangan, asal tidak dijadikan halangan di masa depan. Baik dan buruknya cukup jadikan pelajaran agar kuat menjalani tantangan dalam kehidupan."
~FSI~
***
Setelah disuguhi dengan berbagai soal yang memusingkan saat ujian, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Hari kelulusan.
Selepas merayakan kelulusan bersama teman-teman seangkatannya, Alicia bersama kedua sahabatnya memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di rumah Alicia.
"Happy graduation, guys!" Lissa tertawa kemudian merangkul pundak kedua temannya. Alicia dan Tasya ikut tertawa.
"Gak nyangka bentar lagi gue tua," lanjut Lissa sambil berekspresi sedih. Alicia dan Tasya yang tadinya ikut tertawa, kini memutar bola mata malas.
"Masih lama, bego! Lo tuh udah tua juga masih aja gila, Sya. Heran deh gue." Tasya menyahuti dengan kata-kata pedasnya, membuat Lissa manyun dan memilih menyeruput minuman dinginnya.
Alicia hanya tertawa lalu mengambil duduk di samping Lissa.
"Udah-udah, jangan berantem mulu. Udah bertahun-tahun temenan juga, masih aja berantem Lissa sama Tasya ini."
"Kita tuh harus baikan biar nanti bisa bersama lagi," lanjut Alicia lalu tersenyum kecil.
Lissa yang fokus menatap minuman di tangannya kini menatap Alicia dengan sendu. Begitu pula Tasya yang sejak tadi menghitung koleksi boneka hello kitty milik Alicia, ikut menatap Alicia dengan sedih.
"Ke-napa?"
"Kita beneran akan pisah?" tanya Lissa dengan sendu, matanya menatap Alicia dan Tasya bergantian. "Gak bisa bareng lagi 'kah?"
Setelah terjadi keheningan beberapa lama, helaan nafas berat terdengar hampir berbarengan dari ketiganya.
"Gue rasa gak bisa," jawab Tasya. "Gue sih tetap kuliah di sini, tapi kalian enggak."
Lissa dan Alicia menunduk dalam.
"Lo harus banget kuliah di LA?"
Sebelum menjawab, Lissa menatap lama Alicia dan Tasya dengan mata berkaca-kaca.
"Gue udah janji sama bonyok akan kuliah di sana. Sejak dulu gue berusaha memperbaiki nilai agar bisa kuliah di sana. Jadi, ya ... maaf banget, gue gak bisa merubah janji gue."
Tasya menghembuskan nafas berat lalu mengangguk singkat.
"Kalau lo, Al?"
Alicia yang tengah mengelap air mata di sudut matanya, menoleh.
"Lo bener akan lanjut kuliah di tempat asal lo? Paris?"
Alicia tak menjawab. Gadis itu malah memainkan ujung bajunya dengan mata berkaca-kaca.
"Al."
"Maaf." Bukannya menjawab pertanyaan Tasya, Alicia justru memeluknya dan menangis. Lissa mendekat dan ikut berpelukan.
"Alicia harus pergi. Maaf!"
"Alicia nggak bisa bareng kalian lagi! Maaf! Maafin Alicia! Huaaa ...! Maaf!"
"Hey, Al." Tasya menepuk pundak Alicia. "udah, Al, udah."
"Udah, gapapa. Nanti kita bisa bertemu saat hari libur. Kita juga bisa video call-an saat gak ada Jam," ujar Tasya mencoba menghibur Alicia, meski sebenarnya dirinya sendiri enggan berpisah dengan dua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firstlove Seorang Iceboy [END]
Teen FictionRaffael Alexander atau biasa dipanggil Raffa. Seorang lelaki yang identik dengan sifat dingin dan cuek, membuatnya mendapat julukan si muka tembok dan si kulkas berjalan. Raffa banyak dikejar gadis-gadis cantik, tetapi dia tidak pernah sekalipun mem...