Chapter 17 - Manis

1.2K 189 18
                                    

[from seulgi, to]

Kelas udah bubar.

Rutinitas kembali nyapa setelah seminggu kemaren makrab di daerah atas.

Hari ini perkuliahan berjalan kayak biasa, yang gak biasa adalah ketika gue mati-matian akhirnya harus ngeadd friend lagi Sehun di line. Semua ada alasanya dan gue gak punya pilihan.

Depan mata gue sebenernya ada Sehun, pas banget diseberang jalan. Tapi gue gak mau nyapa, jijik.

Habis ngetapping gue send pesan yang isinya gue ngajak ketemuan dia di salah satu kafe deket kampus.

Tempatnya strategis, ada ruangan private yang langsung madep ke semacam halaman didalam kafe.

Sehun setuju.

Gak usah nunggu berlama-lama gue pun nyampe dan tuh cowok udah duduk anteng tanpa dosa ngeliatin gue dengan wajah biasanya. Terkahir, dia senyum.

Fvck!

Gue benci Sehun senyum sama gue, gue benci ada di radius sedeket ini sama dia, gue benci harus hadep-hadepan sama dia. Paling utama gue benci dia, gak suka fix.

"Kamu mau ngomong apa?" Kata dia, langsung to the point.

Bruk!

Gue keluarin dua lembar kertas dan dua pulpen ke atas meja.

"Baca, kalau kamu setuju kita tanda tangan."

Sehun langsung mincingin mata, dia seketika ngambil kertas itu dan baca dengan serius.

"Satu buat kamu dan satu buat aku." Tegas gue.

Ada kali sekitar 15 menit kita hening, gak ngomong sama sekali. Ekspresi Sehun juga kayak kaget gitu meskipun gue tau dia lagi pura-pura nyembunyiin dengan gaya khasnya.

"Gimana? Perlu aku baca ulang?"

Untuk sepersekian detik Sehun ngeliat gue, tapi entah sih itu tatapan macam apa.

"Kontrak pernikahan." Kata Sehun, gak gue suruh dia udah baca duluan. "Kenapa kamu bikin kontrak ini?"

"Karena aku ngerasa perlu."

"Kenapa kita gak bikin kontrak untuk nikah sekian tahun terus cerai, itu lebih gampang bukan?"

"Aku mengghargai pernikahan terlepas sama siapa pun itu. Kamu pikir aku nikah buat cerai?"

"Emang kamu mau hidup sama aku selamanya?"

"Seiyanya cerai bukan karena keadaan yang diatur, biarin itu berjalan gimana nanti."

"Tanpa kamu suruh aku bakal ngelakuin semua hal ini dengan suka rela."

"Aku cuman jaga-jaga, aku gak kenal kamu."

Sehun diem beberapa saat.

"Tambahan kalau gitu, aku juga pengen ngoreksi."

"Silahkan, asal bukan poin terkahir."

Respon dia cuman ngangkat bahu. Awas aja kalau sampe poin terkahir di rubah.

"Begini lebih baik," kata Sehun lagi setelah dia corat-coret isi kertasnya.

Hm,

Sekarang giliran gue yang buang nafas.

Oke, kita baca.

P E R J A N J I A N P E R N I K A H A N

Yang bertanda tangan dibawah ini, atas nama Seulgi dan Sehun menyepakati poin - poin sebagai berikut ;

Alfetic ToneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang