Chapter 25 - Dingin

1.2K 208 24
                                    

[from seulgi, to]

Gue gak tau lagi harus ngomong apa selain Thanks God! Gue sama Loey ngalamin kemajuan pesat. Berawal dari kunjungan organisasi, gue dan Loey jadi sering chat dan deket kayak sekarang.

Sesekali gue makan bareng dia diluar, ya, itu juga kalau Sehun emang gak balik. Atau kadang dia nganter gue balik saat lagi-lagi Sehun suka seenak jidat cancel janji.

Baru aja gue julid sama tuh cowok, smartphone gue geter ada panggilan dari dia.

"Halo."

"Halo. Kamu udah beli kuenya?"

"Udah,"

"Oke. Lima belas menit lagi aku nyampe."

"Kenapa harus bareng sih, aku bisa pulang sendiri."

"Nala ke Rumah."

"Kita bisa janjian deket rumah kalau gitu, gak usah bareng dari kampus."

"Ada yang mau nganter balik kamu?"

Hm. Tau aja nih bocah, tapi hari ini Loey latihan basket dia gak bisa nganterin gue.

"Gak ada."

"Yaudah tunggu aja kalau gitu. Oiyah, kamu bisa ke restoran sebelah gak? Beli kopi panas buat aku."

"Gak bisa. Diluar hujan. Gak bawa payung."

Gue gak ngedenger suara Sehun buat beberapa detik. Tapi serius, sekarang gue lagi kejebak di salah satu toko kue deket kampus. Gak mungkin gue keluar beliin Sehun kopi sedangkan yang dimaksud sebelah itu lumayan jauh.

"Aku bakal ganti kerjaan kamu selama seminggu beresin rumah."

What??

Jangan bilang Sehun lagi pengen banget kopi? Sejauh gue kenal dia itu cowok jujur dengan segala bentuk kenistaannya. Jadi, gue harap ini bukan bualan semata. Kan lumayan nih, seminggu gue gak usah keluar kamar.

Tapi,

"Cuman beresin doang?"

Lagi-lagi gue gak denger suara Sehun buat beberapa detik.

"Aku juga bakal masak, selama 3 hari. Gimana cukup kan?"

Hm, boleh juga.

"Oke deh. Satu Kopi panas bener? Aku berangkat sekarang."

Gue gak punya pilihan selain berinisiatif minjem payung mba kasir.

Baru aja gue buka pintu, udara udah nusuk tulang gue saking dinginnya.

Percuma pake jaket, gak mempan. Hujan anginnya gede banget.

"Dua seulgi."

"Hah?"

"Kopinya dua gelas."

"Dua gelas?"

"Iya."

Nelpon sambil pegangin payung itu bukan hal gampang, percaya deh anginnya berusaha keras buat jatuhin payung gue mana suara Sehun juga ilang-ilangan lagi.

"Banyak banget, aku gak mau kopi."

"Bukan buat kamu. Satu buat aku, satu buat temen aku."

"Hah temen?"

"Iya."

Bruk.

PAYUNGNYA PATAH DONG :"(

Alfetic ToneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang