S.02 Chapter 103 - Tekanan

1.4K 223 109
                                    

[from seulgi, to]

Mata gue panas.

Udah beberapa jam, tapi gue gak bisa berhenti nangis.

Sehun benci gue? Dia benci gue? Apa selama ini dia bohong bilang cinta sama gue? Atau selama ini dia gak pernah punya perasaan apa pun buat gue?

Gue cuman bisa nekuk lutut, nangis diatas kasur ditemenin Moka Moko.

Hati gue sakit, ya Tuhan.

Terus apa yang sebenernya gue udah lakuin sama Sehun selama ini kalau dia benci sama gue? Apa dia cuman nipu gue?

Hati gue sakit.

Pagi datang, gue gak tidur dan langsung siap-siap buat ke kampus.

Hari ini gue gak masak rasanya gak mood.

Tumben banget di meja makan udah ada Sehun, kita sama-sama makan sereal dan cuma duduk diem. Gue juga gak nyapa dia kayak biasa, bahkan liat muka dia aja kayaknya gue gak sanggup.

"Tadi malem aku bilang sesuatu sama kamu?" Kata dia, nanya gue tanpa ngeliat sama sekali.

"Enggak ada."

"Jujur seulgi,"

"Mm, kamu cuman bilang dress aku bagus. Iya, cuman itu."

"Terus kenapa kamu nangis."

"Engga kok, orang aku nonton drama semaleman."

"Mata kamu sembab."

"Nanti juga ilang. Ngomong-ngomong, kayaknya seminggu ke depan aku mau nginep di rumah Mamah. Kaka minta aku bantu prepare perlengkapan buat ngelahirin. Boleh kan?"

"Terserah."

"Iya. Kamu jangan lupa makan, jangan mabuk atau bergadang lagi ya."

"Hm."

"Aku pergi."

Kenapa sih gue?

Bisa-bisanya tetep baik sama Sehun.

Padahal sereal masih banyak, gue juga masih lapar tapi dari pada gue nangis depan dia mening gue pergi.

Sepanjang perjalanan gue malah nangis.

Sambil ngusapin perut yang ada manusianya juga disana.

"Sabar ya sayang."

Iya gue ngomong sendiri.

Nyampe kampus gue ketemu Keris dan dia orang pertama yang gue kasih tahu, kalau sekarang gue punya status sama kayak dia. Berhubung Beha tipe manusia bocor, gue keep dulu hal ini.

"Selamat Gi, Lo juga bakal jadi ibu sekarang."

"Makasih. Lo mau gak anter gue ke dokter kandungan? Gue gak tau ini Minggu keberapa, terus gue juga takut kalau datang sendiri."

"Iya lah gue mau. Jangan sendirian, pokoknya kalau Lo mual atau morning sickness kasih atau aja siapa tau gue bisa bantu."

"Siap."

"Terus kapan Lo mau kasih tau Sehun?"

"Gue gak tau. Gue jadi ragu sama dia."

"Hah?"

"Engga Keris, jadi kapan kita bisa ke dokter?"

"Hari ini juga bisa,"

"Ok."

"Cerita sama gue, apa yang Sehun lakuin sama Lo?"

"Enggak ada. Gue cuman mikir kalau selama ini dia gak cinta sama gue gimana? Apa hidup gue bakal baik-baik aja?"

"Ya Tuhan jangan ngomong gitu! Gimana kalau anak Lo denger? Ibu hamil itu harus positive thinking. Gak baik loh Gi buat kesehatan."

"Andai Sehun bisa perhatian kayak Kai, kayaknya gue juga gak akan sebingung ini."

"Gak ada juga yang mau keadaan kayak sekarang."

"Lo bener. Keris..."

"Hm?"

"Emang gue pembawa sial ya?"

"Hah! Wus! Jangan ngawur. Mening kita Konsul deh sama dokter, gue gak suka Lo jadi aneh gini."

Padahal gue serius nanya, apa iya gue pembawa sial?

n o t e d

Menurut gue, saat ini lah momen ketika sehun harus memilih antara perusahaan atau seulgi, karena ya definisi sesungguhnya masa sulit itu sekarang. Tapi gak tau deh Sehun milih mana.

See ya, in next chapter!

Alfetic ToneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang