[from seulgi, to]
Sepi.
Meskipun libur dan udah seharian main sama Moko & Moka tetep aja, sepi.
Biasanya di rumah selalu ada Sehun yang bikin gue jengkel, dia males nyuci piring lah atau lama buat beresin rumah lah. Atau kadang dia yang berubah jadi super rajin tanpa gue minta.
Masih ngerjain tugas dan prepare buat praktek, gue jadi sering ngelamun sendiri. Apa gue better tinggal sama Mamah dulu selama Sehun di Amerika? Padahal gue udah cukup terbiasa gak ada siapa-siapa di rumah tapi tetep aja kok sepi.
Ini udah berapa ratus kali coba gue bilang sepi mulu :(
Apa gue Skype dia aja gitu ya?
Eh, tapi kalau dia lagi sibuk gimana?
Yaudah deh, gak usah.
Gue diem.
Lama.
Terus ngambil laptop nunggu bentar.
"Heh manusia eskrim."
Hah.
Bodo amatlah. Gue gak peduli dia sibuk atau engga, yang jelas gue pengen main Skype! Pengen ngeliat wajah ngeselin dia.
"Apa kamu idung babi."
"Tumben ngeskype? Pasti lagi gabut."
"Tau aja. Habis kalau kamu gak di rumah, gak ada yang bikin kotor. Aku gak capek bersih-bersih."
Muka Sehun di layar langsung asem, tapi balik lagi kayak sedia kala gak pake lama.
"Nanti aku pulang, bakal aku acak-acakin lagi."
"Ngajak berantem?"
"Kagak ahelah."
"Amrik gimana?"
"Gak gimana-gimana."
"Kerjaan lancar?"
"Hm."
"Ada kendala kek di hidup kamu! Perasaan kok baik-baik aja."
"Banyak lah, tapi masa harus aku ceritain."
"Yaudah ceritain biar kita ada bahan obrolan nih."
"Mm... Apa ya. Disini aku susah tidur, terus harus nyesuain lagi lidah sama makanan barat, cuaca juga. Sepi Gi, di apartemen gak ada temen berantem. Coba kalau Moka atau Moko kesini pasti seru."
"Kirain, kamu bakal nyuruh aku kesana."
"Kayak kamu mau aja."
"Enggak sih."
"Tuh kan. Kuliah kamu gimana?"
"Gak gimana-gimana cuman praktek sama tugas."
"Skripsi?"
"Aku masih ngajuin judul."
"Eh Gi, nyadar gak sih kita sekarang udah akur loh."
"Iya ya, padahal dulu aku anti banget sama kamu."
"Aku juga, tapi sekarang engga."
"Takdir Tuhan emang gak ada yang tau sih Ose."
"Bener banget, btw inget gak Gi waktu kita pertama kali ketemu?"
"Iyalah inget. Kamu kan manusia super nyebelin yang bisanya cuman senyum tapi ngomong sarkas seenak kamu."
"Lah kamu juga manusia super jutek yang kalau ngomong gak mikir dulu."
"Bacot nih Ose. Mau ngajak berantem?"
"Ya Tuhan, enggak! Cuman mau ngasih tau kalau dulu bukan karena hal itu apa mungkin hari ini kita bisa akrab?"
Gue jadi mikir.
Iya yah, andai dulu gue ketemu sama dia dalem keadaan baik-baik. Ini gue bakal temenan sama dia atau berakhir super canggung ya sekarang?
"Kenapa sih Ose, kamu suka ngobral senyum?"
"Engga kok, emang dasarnya aku ramah."
-_-
"Terserah."
"Kamu sendiri kenapa sih jutek banget?"
"Bawaan pabrik."
"Mamah punya wajah ramah ah,"
"Ya karena kamu menantunya, yakali beliau jutekin kamu."
"Ah Iyah sih."
"Ose."
"Hm?"
"Kalau nanti habis semester ini aku mau liburan ke Amerika, kamu mau gak ajak aku keliling kota?"
"Serius kamu mau kesini?"
Yaelah biasa aja dong mukanya jangan kaget begitu :(
"Gak tau sih, kalau aku sempet."
"Jangan kan keliling kota Gi, mau tur negara juga ayo."
"Fiks kamu yang bayarin."
"Gak masalah, suami kamu kan sekarang udah kerja."
"Sombong! Dasar belagu."
"Ye bukannya bangga."
"Eh Iyah lupa, makasih ya Tuhan Ose udah punya kerja."
"Nah gitu dong. Sebentar yah, aku masak sesuatu dulu. Laper nih."
"Kenapa gak delivery?"
"Gak mau, males."
"Dasar, yaudah sana."
"Wait ya manusia eskrim."
"Iya idung babi."
Skype masih nyala, gue bengong.
Sehun udah gak ada di layar.
Gue jadi kepikiran sesuatu, iya yah, suami ya? Hampir aja gue lupa yang lagi di Amerika itu kan suami gue, pantes rumah sepi gak ada dia.
Hm.
Pengen bilang sama Ose tapi gengsi.
Bilang gak ya?
Ck!
Cepet balik Ose! Gue gak suka sendirian.
Andai aja gue berani bilang gitu, tapi apa harga diri gue gak akan ilang? Ah bingung, serba salah emang jadi manusia macem gue ;')
n o t e d
Kangen gak sama AT? Komen dong wkwk jangan lupa vote!
Selamat datang di season 2!
See ya, in next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfetic Tone
Romance𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Dipertemukan takdir sebagai sejoli adalah keajaiban semesta akan pengaturan manusia. Hal ini berlaku bagi mereka yang bersama atas nama cinta. Namun, bagaimana jika bahtera rumah tangga justru menyatukan dua orang tak sal...