[from Seulgi, to]
Sepanjang perjalanan pulang, gue nyender dibahu Sehun selagi tidur. Rasanya capek dan ini adalah perjalanan yang jauh, jadi gue gak mau buang-buang tenaga.
Sehun genggam tangan gue dan gak mau ngelepas, sesekali dia nyium. Dia kayak takut banget kalau sampe tautan kita kepisah. Tapi yaudah sih yah, toh gue juga gak keberatan.
Sesampainya di Indonesia gue langsung istirahat, kita tidur bareng di kamar. Antara gue sama Sehun udah gak canggung kalau harus berbagi kasur atau selimut bareng. Gue gak risih dia pun demikian.
Besoknya, gue udah mulai kuliah dan dia ngurusin perusahaan.
Waktu malem dateng, dia jemput gue sekalian belanja keperluan bulanan.
"Tisu masih ada gak sih?" Kata gue sambil liat-liat rak yang isinya mie semua.
"Kamu liat apa, nanyanya apa."
"Iyah, aku jadi keingetan kalau makan ramen kan butuh tisu."
"Habis deh kayaknya."
"Ok. Kita beli."
"Ok."
Dia dorong keranjang sambil liatin rak makanan, sabun terus ke make-up. Eh, Iyah make-up, gak tau ngapain deh tuh anak mampir disana.
"Kamu ngapain?"
"Nyari make-up buat kamu."
"Stock aku masih banyak."
"Gitu ya, yaudah deh."
Sehun kenapa sih?
Sejak dia balik telat, ada yang aneh sama dia. Ya emang, dia jadi makin perhatian, tapi berlebihan anjir.
"Liat aku deh," kata gue, bikin bahu dia ngadep gue. "Kamu kenapa? Dari kemarin-kemarin kayak khawatir gitu, perhatian kamu tuh gak wajar."
"Apanya yang gak wajar? Aku cuman nawarin make-up."
Yaiyah sih.
"Tapi, pagi ini kamu masakin sarapan kesukaan aku, gak maksa buat ngebangunin aku, ngeluarin pasta gigi buat aku. Bahkan kamu siapin baju, tas sama perlengkapan kuliah aku. Sehun, aku bukan anak kamu."
Dia diem anjir.
"Lah, kata siapa juga kamu anak aku? Kita suami istri seulgi, sadar dong."
"Nah itu, aku juga sadar makanya aku nanya."
"Enggak ah, aku gak ngerasa berlebihan."
"Aku tuh udah pusing sama skripsi tau, kamu jangan bikin aku tambah pusing dong. Bikin aku nanya-nanya kamu kenapa gak enak."
"Gak usah dipikirin kalau gitu."
"Eh, jangan-jangan kamu kemarin ketemu dokter. Kamu divonis penyakit berat Ose?"
"Ngelantur kamu, orang aku gak apa-apa."
Dia jalan lagi ninggalin gue beserta para lipstick dan bedak.
Sehun kenapa sih :(
Begitu gue jalan ngikutin dia dibelakang, hape gue geter.
Ada WhatsApp masuk.
Anon nomornya, gue buka pesan terbaru.
Deug.
Sekujur badan gue dingin, mata gue gak bisa ngedip.
Nafas gue kerasa susah, mata gue panas ya Tuhan.
Anjir pengen nangis.
n o t e d
Selamat menerjang badai 🌪️🌊
See ya, in next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfetic Tone
Roman d'amour𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Dipertemukan takdir sebagai sejoli adalah keajaiban semesta akan pengaturan manusia. Hal ini berlaku bagi mereka yang bersama atas nama cinta. Namun, bagaimana jika bahtera rumah tangga justru menyatukan dua orang tak sal...