[from Sehun, to]
Gue gak balik US, kayaknya gue bakal perpanjang buat diem di indo selama beberapa hari sambil rawat jalan Seulgi yang sakit.
Berhubung bos tertinggi gue adalah Kaka ipar gue sendiri, Mr. Suho. Masalah perizinan emang gak dibikin susah, toh dia juga tau keadaannya. Bukan bermaksud nepotisme, gue juga gak enak emang karena baru sebulan kerja udah aja ngambil cuti tapi apa boleh buat? Gak ada pilihan.
Berangkat ke US dengan syarat harus ninggalin Seulgi yang sakit, seratus persen dijamin gue gak akan tenang.
Keluarga udah pada nengok kemarin, sampe rumah sesek dan penuh. Gue bukanya ngusir tapi baik gue atau seulgi sama-sama butuh istirahat, akhirnya mereka semua pada pulang meskipun khusus buat Mamah kayaknya beliau cukup berat.
Ketika Lo berumah tangga, seyogyanya urusan internal keluarga Lo jangan sampe orang lain ikut campur. Dalem kondisi ini, gue sanggup rawat seulgi dan gue milih untuk gak ngerepotin keluarga besar.
"Kamu udah bangun?" Sapa gue sama orang yang seharian ini hilir mudik di otak.
"Mm,"
"Mau makan?"
"Mm,"
"Oke aku siapin."
Kegiatan nonton gue terhenti dan langsung minggat ke dapur begitu seulgi turun dari atas dan duduk di sofa.
Gue siapin minum, nasi, sayur, daging dan beberapa buah. Kebetulan tadi Mamah udah prepare jadi gue tinggal nata aja.
Pake nampan khusus, gue anterin makanan ke Seulgi. Beberapa menit kemudian kegiatan gue berganti jadi orang cengo yang liatin orang sakit makan.
Antara beruntung dan juga khawatir, seulgi gak pemilih soal makanan. Gue kasih apa pun dia gak komplen tapi kadang kebiasaan dia ngundang penyakit juga, yah kontrol diri emang penting.
"Ose aku minjem hape kamu dong."
"Buat apa?"
"Hape aku mati, mau wa keris. Aku lupa gimana ngerjain tugas matkul pa suse."
"Nih,"
Begitu gue sodorin hape, gue balik nonton film yang ke jeda.
US emang bikin gue sibuk banget, kadang istirahat aja sesempetnya. Jadi mumpung di Indo, gue pengen maksimalin waktu nyantai.
"Marry siapa?"
Gue nengok seulgi pas dia ngeluncurin pertanyaan yang gak asing.
"Marry?"
"Dia ngewa kamu."
"WA apa?"
"Nanya kenapa kamu gak ngantor."
"Ohh, Iyah dia temen sekantor aku dan tetangga seapartemen juga."
Seulgi diem beberapa detik, sampe gue kebingungan sendiri.
"Kenapa Gi?"
"Kemarin ada Mura, sekarang ada Marry. Btw, kamu suka banget ya dikelilingi sama cewek pake awalan huruf M?"
Eh? Kok?
"Aku cuman temen sama dia."
"Temen macem Mura gitu?"
"Enggak lah! Mura itu beda."
"Oh Iyah yah, Mura kan istimewa."
Loh? Kenapa Seulgi ngomong begitu?
"Ini Ose makasih, aku udah ngewa keris."
Hape gue dibalikin, ditaro diatas meja sedangkan dia sendiri langsung cabut keatas sambil bilang,
"Makasih buat makanannya."
Ada yang gak beres.
Gue susul seulgi dan cegat dia sebelum masuk kamar.
"Marry bukan siapa-siapa." Kata gue nahan dia.
"Siapa-siapa juga aku gak keberatan kok, santai aja."
"Aku serius seulgi, aku sama dia bahkan gak akrab."
"Itu kehidupan kamu Ose, aku gak akan ngelarang atau marah. Kamu gak perlu ngejelasin apa-apa. Its ok. Aku nanya karena cuman penasaran."
"Tapi aku gak suka saat keadaan canggung mulai nyelimutin kita."
Seulgi ngedeket dan nyentuh pipi gue lembut, untuk sepersekian detik gue agak shock sama perlakuan dia yang diluar dugaan.
"Maaf kalau pertanyaan aku bikin kamu khawatir. Tapi Ose, kamu hidup di US sendirian dan emang udah seharusnya kamu ngebentuk circle sosial supaya kamu bisa survive. Aku gak masalah dengan siapapun yang deket sama kamu, selama itu bukan orang jahat kayak Mura. Its ok."
"Tapi..."
"Gak usah dipikirin, kamu mening istirahat aja. Aku juga mau istirahat lagi, bye Ose."
Begitu sentuhan Seulgi hilang dari pipi gue, badan gue refleks nahan dia pake tangan.
"Aku gak mau kita salah paham." Bales gue.
"Tapi aku gak salah paham."
Hm.
Ok.
"Gi,"
"Kenapa?"
"Gimana kalau aku bilang, saat ini aku cuman pengen kamu."
"Maksud kamu?"
"Aku gak berminat pergi sama perempuan lain, cause i want you."
Cup!
Entah setan apa yang merasuki tapi, gue tanpa sadar memulai kembali hal itu. Hal yang sangat terlarang untuk gue lakuin pada Seulgi waktu pertama kali kita kenal.
Serius deh, gue pengen ngomong.
Bukannya kalau udah sekali candu Lo bakal susah berhenti?
Oh, astaga.
Sebagai manusia nan penuh dosa, Tuhan menambah satu kekurangan lagi pada diri gue. Itu adalah saat gue, mulai gak bisa ngendaliin diri atas bibir Seulgi.
God, damn it!
Kenapa gue jadi goyah?
n o t e d
Hutang gue lunas! Thankyou semuaaa!!
See ya, in next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfetic Tone
Romance𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Dipertemukan takdir sebagai sejoli adalah keajaiban semesta akan pengaturan manusia. Hal ini berlaku bagi mereka yang bersama atas nama cinta. Namun, bagaimana jika bahtera rumah tangga justru menyatukan dua orang tak sal...