[from Sehun, to]
Begitu masuk rumah, seulgi nyambut gue kayak biasa.
"Kamu udah makan?"
"Udah."
"Tapi aku bikinin makanan favorit kamu loh."
"Buat kamu aja."
"Kamu mau aku bikinin sesuatu?"
"Enggak."
"Ok, mm, aku punya kabar baik buat kamu, Ose."
"Apa?"
Sebenernya gue gak mau ngobrol lama-lama, pengen cepet keatas atau kemana pun yang penting bisa ngehindarin dia.
"Mm, aku keterima di Swiss ya meskipun ketolak dulu di New Zealand. Tapi gak apa-apa. Gimana, istri kamu hebat kan?"
"Hm."
"Kalau aku kuliah disana, kamu ngizinin gak?"
"Terserah kamu."
Sampai di ruang tamu, seulgi berhenti ngikutin gue. Dia tiba-tiba diem, gue ngeliat dia sebentar entah lah tapi rasanya kayak dia mau ngomong sesuatu sama gue, kentara banget.
"Kamu minum ya?" Kata dia lagi, cukup jauh dari jarak gue berdiri.
"Sedikit."
"Kenapa?"
"Kepala aku pusing."
"Kamu sakit?"
"Enggak."
"Bukanya kamu punya persediaan wine? Mau aku bawain?"
Eh? Dia kenapa? Gue pikir dia bakal marah.
"Gak usah biar aku bawa sendiri, malem ini aku ngerjain project tolong jangan ganggu."
"Iya."
Gue mandi, habis itu ke ruang kerja sambil bawa Wine. Bohong sih, sebenernya gue gak akan ngerjain project yang apa pun hari ini, gue cuma pengen minum aja. Lama-lama hubungan gue sama seulgi bikin gue sakit kepala. Gue jadi ragu, apa iya sebenernya gue cinta sama dia?
Glek
Glek
Glek
Gak kerasa udah tiga botol gue habisin, kesadaran gue mulai keganggu. Kayaknya gue mabuk. Ya, memang itu tujuan gue.
Sambil nyenderan di kursi, gue diem. Cuman diem, nunggu rasa kantuk hinggap dan ngelupain hari ini dengan cepat.
Tok
Tok
Hm.
Seulgi.
"Ose aku boleh masuk?"
"Hm."
"Ose liat deh, aku bingung milih buat wisuda nanti kata kamu mening pake dress ini atau ini?"
Bruk!
Kesabaran gue habis.
"Berapa kali sih aku bilang sama kamu jangan ganggu!"
"Oh Iyah aku lupa, habis aku pengen ngobrol sama kamu."
"Apalagi yang mau di obrolin? Suka banget yah kamu bikin aku susah?"
"Hm?"
"Tau gak sih Gi? Akhir-akhir ini rasa benci aku sama kamu tiba-tiba muncul lagi loh, apa ini karena kamu yang suka bawa sial?"
Bruk.
Anjir kepala gue pusing.
Samar-samar gue lihat, baju seulgi jatuh.
Dia berdiri disana, cuman diem doang.
"Kenapa?"
Kata gue lagi, begitu badannya gemeter gak jelas.
"Gak usah kaget begitu, dari dulu kamu juga tau aku gak suka kamu."
Shit, kepala gue, anjir!
"Biasakan sekarang tolong keluar?"
"Iya."
Klik.
Pintu di tutup, gue balik duduk.
Hah.
Kepala gue pusing banget.
Tapi bentar, tadi gue ngomong apa aja ya sama dia? Duh gue capek, pengen tidur.
See ya, in next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfetic Tone
Romantik𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Dipertemukan takdir sebagai sejoli adalah keajaiban semesta akan pengaturan manusia. Hal ini berlaku bagi mereka yang bersama atas nama cinta. Namun, bagaimana jika bahtera rumah tangga justru menyatukan dua orang tak sal...