-Sembilan tahun setelah tragedi itu merenggut nyawa ibunya; sembilan tahun pula ayahnya tak menampakkan puncak kepala beserta kapal kebanggaan.
Menerawang ke belakang, tak disangka pohon sebesar dan semegah Azera seperempat bagiannya hancur terbawa gelombang air laut. Regenerasi Azera tidak lagi secepat saat sebelum tragedi itu terjadi, sehingga pembangunan infrastruktur seringkali tersendat sebab partumbuhan dahan kayu—sebagai komponen utama—terlalu lamban. Kurang lebih dibutuhkan dua tahun pemulihan agar kehidupan Azera bisa kembali berjalan walau terpincang-pincang.
Bukankah itu pertanda umur Pohon Azera tak lagi muda? Meskipun begitu, kebanyakan orang Azera—atau bahkan seluruhnya—tidak terlalu mempermasalahkan.
Mereka sangat optimis kehidupan Azera bakal terus berputar bahkan bila bencana alam mampir tiap dua tahun sekali. Sejarah mengatakan Azera telah hidup lebih dari dua ratus tahun: "ini adalah pohon sepuh di mana semakin bertambah umurnya, maka semakin kokoh." Tidakkah itu sebuah keyakinan yang mengerikan? Kadang-kadang sejarah pun perlu dipertanyakan kepastiannya.
Pertanyaan tadi sebenarnya sangat tepat dijadikan sebagai bahan renungan oleh Macica, namun pikiran gadis itu masih terjebak masa lalu. Walaupun Macica tidak lagi menangisi kepergian kedua orang tuanya, dia sendiri setiap satu kali sehari suka bernostalgia—entah itu mengenang obrolan di meja makan; mengingat cerita fiksi buatan ayahnya; atau ketika ibunya tengah bersenandung lembut.
Seusai bernostalgia, Macica bilang kepada dirinya sendiri bahwa akan sia-sia bila hari-harinya diisi kesedihan, jadi dia harus melangkah maju dengan menjadikan tragedi tersebut sebagai motivasi untuk mengetahui kebenaran Negeri Azera.
Tetapi seringnya Macica berakhir memikirkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan 'kebenaran Azera' seperti: "berapa banyak ikan yang didapat oleh Jean hari ini?"
Ngomong-ngomong soal Jean, mari kita lihat seberapa banyak ikan yang ditangkap oleh remaja itu.
Saat ini Jean menghampiri Macica dan menjinjing hasil jeri payahnya tinggi-tinggi. "Hei Macica, aku dapat sepuluh ikan hari ini. Ayo kita makan besar!" pekik Jean riang seraya menepuk pelan pundak Macica.
Sang empu bereaksi datar seakan sudah terlalu biasa menanggapi tingkahnya, dia lebih memilih menatap pemandangan laut di kejauhan seakan mencari sesuatu yang telah lama hilang.
Merasa obrolannya tak digubris, Jean duduk di samping Macica. Laki-laki itu menunggu ocehan Macica pasal sejarah Azera atau sejenisnya. Tak beberapa lama kemudian Macica membuka suara, "Jean, apa kau tak merasa bosan hanya makan ikan dan buah aze saja? Dulu musim panen buah aze adalah hal yang kunanti, tapi kali ini semua terasa biasa."
"Biar kutebak, setelah ini kau pasti curhat tentang Negeri Azera yang bla bla bla—hei Macica, bukankah kita beruntung masih bisa hidup di Pohon Azera yang dikelilingi oleh air dengan kedalaman tak terhitung pasti?"
Macica melirik tajam ke mata Jean yang memancarkan kepolosan. Lagi-lagi Jean berkata hidup beruntung di atas pohon. Tidakkah Jean sekali saja mendukung keluh kesah Macica? Jean ini ... remaja yang sama sederhananya dengan penduduk Azera. Lagi-lagi berlainan pandang batin Macica kecewa.
Merasa lelah menatap Jean dalam keheningan, Macica mengalihkan perhatiannya ke bawah kaki. Semua tampak jelas saat dia berada di puncak pohon. Orang-orang yang berlalu-lalang; akses tangga yang melilit Azera dari tahun ke tahun diperbaharui agar aman ditapaki; dan sulur-sulur katrol menancap kuat di tiap dahan kayu untuk mengangkut beban kelas berat.
Untuk benda-benda yang relatif ringan akan dibawa ke pos-pos tujuan dengan cara manual—yaitu memanggulnya ke punggung dengan keranjang ayaman yang mengerupai tong. Biasanya keranjang ayaman itu berisi buah aze, ikan laut, atau ranting kayu seukuran lengan. Masing-masing orang Azera pasti mempunyai satu atau dua keranjang untuk mengangkut barang bawaan, bahkan anak-anak seukuran dengkul manusia dewasa memiliki keranjang ayamannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasy[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...