58. Sengit

1.4K 427 32
                                        

Kalau video di atas mau diputer silakan, kalau enggak ya ndak apa//saranku sih diputer. Durasinya theme song-nya pendek, jadi kalo abis pas di tengah bacaan ya silakan cari alternatif lagu menghentak lainnya :''

2201 kata


UNDER WATER

Apa pun yang sedang terjadi di sini mulai keruwetan situasi yang kualami dan keriuhan yang mengiringi-aku tak lagi peduli. Seluruh perhatianku tertuju pada Yegi yang tengah berdiri di undakan tertinggi-menatapku tanpa membalut sedikit ekspresi yang berarti.

Di antara kemelut yang tercipta, desingan antar logam, teriakan, dan hentakan yang dipacu-aku memilih Yegi sebagai pusat perhatianku. Aku berani menjamin tidak akan ada pasukan yang berani menghalangiku sebab mereka telah diurus oleh enam orang yang memiliki kemampuan. Lagi pun jika mereka berani mengganggu, akan kuhancurkan tubuh mereka menyerupai serbuk tanah-aku bersungguh-sungguh.

Sekarang aku berada pada posisi di mana aku bisa mengamuk kapan saja. Melihat wajah Yegi untuk kesekian kali membuatku frustrasi; senang melihatnya menampakkan diri lagi sekaligus marah atas segala hal yang telah ia lakukan. Di pikiranku muncul sebuah pertanyaan untuknya: sebenarnya aku membenci Yegi atau menyayanginya?

Pertanyaan itu semakin menguat kala Yegi mengambil ancang-ancang menyerbuku lebih dulu. Tanpa banyak pola Yegi melompati keseluruhan undak-undakan sekaligus, mengarahkan dirinya kepadaku seraya membentuk dua pedang di kedua tangannya dari ketiadaan.

Dalam sekali hantam pedang kami saling beradu-mengeluarkan suara desingan dan percikan api layaknya pedang sungguhan. Saat aku dalam posisi bertahan, kaki Yegi terulur menendang perutku dalam sekali hentakan. Aku terpental, jatuh, dan menggelinding sebelum akhirnya terlumuri tanah.

Tanpa jeda Yegi menyusul-melompat dan mengarahkan kaki kanannya ke tubuhku. Dalam sekali jentikan jari kuubah pedangku menjadi sebuah perisai yang cukup untuk membentengiku. Sekalinya kaki Yegi menghentak di atas perisai, aku terdorong ke dalam tanah bersama perisai yang mengalami retak parah.

Sebelum hantaman kedua dilayangkan-dan aku mati seketika terkena injakannya- dengan setanggap mungkin kucengkeram pergelangan kaki Yegi lalu melemparnya sejauh mungkin seperti sebuah karung. Lalu aku segera bangkit, membalas serangan selagi Yegi jatuh terjerembab. Kulayangkan sebuah pukulan yang terpusat di kepalan tanganku untuknya, "Terima ini!"

Bum!

Dan-sudah kuduga-aku memukul tanah kosong. Yegi terlalu gesit, ia mampu menghindar dariku bahkan jika jarak pukulannya tinggal sejengkal. Tanah mulus yang kuhancurkan kini membuat cekungan sedalam kepalan tangan, sedangkan sasaran utamanya berdiri tegap-mengibaskan kotoran yang menempel di pundak kirinya tanpa berkomentar apa pun.

Kami saling menyerang kala pandangan berserobok. Aku malayangkan sebuah tinjuan di wajahnya, tetapi ia tangkis dengan lengannya. Yegi gantian menyerangku: menendangku dengan kakinya, tetapi aku berhasil menahannya dengan kedua telapak tangan. Aku berusaha menyikut dagunya, menendang dari segala sisi, dan mengelak tiap serangan yang dilontarkan namun belum ada yang berhasil meruntuhkan pertahanannya.

Saat kedua tangan Yegi menyentuh kedua pundakku, bersicepat kutangkis lengannya dari dalam secara bersamaan, mendorong dengan kedua telapak tangan tepat di dadanya sekuat tenaga sampai ia jatuh terjungkal. Tak menyia-nyiakan celah yang ada, aku menyusul Yegi dan bersiap melayangkan pukulan yang tertunda. Namun nasib baik tak berpihak padaku, bahkan pada saat tersungkur di tanah pun Yegi mampu menggerakkan kakinya dan telak menendangku tepat di perut.

Dalam sekali tepuk keadaan berbalik memihak Yegi lagi. Dan lagi-lagi aku terdorong, tetapi kali ini dengan oleh-oleh rasa nyeri seakan ada tombak yang menembus perut. Aku jatuh meringkuk meremas goresan luka yang kembali kumat sekaligus menahan rasa sakit yang mulai menjalar ke tenggorokanku-membuatku terbatuk setelahnya.

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang