Aku masih belum mati. Tentu saja.
Kau kira aku semudah itu dikalahkan? Bahkan sebelum aku disusupi kegelapan, beberapa kepingan ingatan sempat-sempatnya datang--membentuk reka adegan yang siap kutonton kurang dari sepuluh detik. Intinya aku kembali bernostalgia, tentang pertemuanku dengan Tuan Murov dan Tuan Simon--tepatnya sebelum eksekusi, saat aku digiring paksa ke tempat penghakiman; ini tentang kepercayaan yang mereka limpahkan padaku.
Kala itu aku sedang melepas rindu pada Jean, saudaraku yang terlalu baik. Kami duduk di tepian dermaga, bercakap-cakap serius tanpa mengetahui bahwa di atas Azera sana sedang digarap suatu tempat penghakiman untukku.
Semuanya berlalu horor saat Tuan Murov yang berkumis dan Tuan Simon si botak pitak tiba-tiba datang menggasak Jean--membuat saudara malangku lumpuh, kemudian membawaku ke atas Azera hanya ditemani oleh dua orang durjana.
Mereka berdua mengapitku agar aku tak ke mana-mana padahal kedua tanganku saja sudah dikunci kasar. Saat itu aku mengira dua orang ini adalah tokoh antagonis dari segala tokoh antagonis yang Ayah ceritakan padaku di tiap malam. Ternyata memang bukan main bengisnya kala kulihat sebuah tali tambang bergelantung, dikelilingi oleh orang-orang sekitar yang memandangku penuh kebencian; itu adalah tempat eksekusi Azera.
Menuju ke tempat peristirahatan terakhirku kala itu sangat menyiksa, waktu serasa sangat lambat sementara detak jantungku terus berdegup kencang, belum lagi fakta bahwa aku bukan manusia seutuhnya sehingga pasokan udara yang kuhirup rasanya bercampur dengan racun dan aroma kematian. Kaki ini juga ikut ketar-ketir melangkah di tiap anak tangga yang tak terhitung jumlahnya. Yang kupikirkan adalah: pasti aku akan mati pada saat itu juga.
Namun di tengah perjalanan yang panjang, kedua orang yang kubenci ini malah diam mematung. Keduanya kompak menatapku lamat; tepatnya memandang sepasang mataku. Kukira ada apa mereka menatapku begitu, kalau niatnya untuk mengolok-olok sebelum kematian menjemput, kupastikan mereka mati ketakutan karena melihat arwahku yang tak tenang.
Tapi dugaanku nol besar. Tiba-tiba Tuan Murov menyejajarkan pundaknya agar dapat menatapku lebih jelas lagi, lalu matanya yang tajam seketika melunak dan hampir-hampir seperti berair. Disentuhnya pundakku dengan kedua tangan besarnya, ia tampak sengaja mengalirkan suatu kehangatan yang selama ini tak pernah ia tunjukkan. Tuan Murov tentulah bukan seperti ini orangnya, bukan? Ia mendapat predikat nomor satu dalam daftar panjang tokoh antagonis.
"Nak, senang bisa melihatmu hidup sampai saat ini," katanya lirih sembari mengumbar senyuman bahagia. Bukankah itu senyuman yang palsu? "Maaf aku tidak bisa mengajakmu berjalan-jalan keliling Azera selayaknya seorang Paman pada umumnya," lanjutnya.
"Keadaanku dan Tuan Murov yang diawasi saat ini memaksa kami berdua memusuhimu. Tapi percayalah, Nak, kami sangat menyayangimu. Jiwa Krosktan ada di kedua matamu," kata Tuan Simon. Ia tak kalah memasang keramahan di wajahnya.
Aku terdiam.
"Maaf aku dan Simon tidak bisa mengambil banyak durasi untuk percakapan kita kali ini, jadi kita langsung ke intinya." Seketika ia mengeratkan pandangannya padaku dan menekuk alisnya dalam-dalam. "Nak, aku sudah diawasi oleh salah satu suruhan orang yang mengendalikan dunia kita di balik ini. Aku ingin kautahu bahwa orang itu kini mengincar kalian yang hendak menjelajahi dunia di bawah kaki kita."
Tunggu ... bagaimana mereka bisa tahu--
"Aku tahu sebab aku diberitahu. Oleh siapa? Oleh orang di dekatmu selama ini ... pemuda kecil yang menatapmu dengan kedua bola mata biru kelamnya: Yegi Hawky--"
"Bagaimana kau bisa tahu namanya--"
"Sebab aku tahu!" desis Tuan Murov, ia lalu menunjukkan jemarinya yang hilang satu. "Ia memenggal jemariku agar aku diam. Tapi kali ini tidak ... aku akan membuatnya diam. Tidak untuk saat ini ... tapi nanti."
![](https://img.wattpad.com/cover/187823792-288-k540572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasy[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...