6. Di Tengah Air

4.2K 1.1K 51
                                    

Tak membiarkan Macica bersiap diri, ombak air menghantam belakang tubuhnya. Lantas enyeret paksa Macica, kemudian menelannya bulat-bulat ke dalam air. Arus ganas membuatnya tertarik ke kiri dan terdorong ke kanan sampai-sampai dahinya terantuk kayu. Hingga air membawanya menjauh dari Azera, barulah Macica bisa sedikit bernapas (walau air tetap memegang kendali menghimpit dadanya).

Macica mencoba meraih apa pun yang mengambang. Gerakan tangannya liar. Syukurlah ada gelondongan kayu--yang tadi sempat menggetok dahi--tepat di samping Macica. Dia refleks memeluk erat kayu tersebut.

Macica menggigil menahan dingin pula gemetar melawan takdir. Tak luput kepalanya menahan sakit akibat hantaman kayu. Kini keadaannya diperparah karena Macica tak bisa merasakan kedua kakinya. Dia mati rasa.

Pemandangan di sekitarnya tampak mengerikan. Air mengelilingi Macica, membawanya menjauh dari Azera yang semakin menciut di pelupuk mata. Gelombang air berukuran besar membuatnya terombang-ambing, terkadang dibawa ke puncak lalu melandai ke lembah gelombang.

Trauma Macica meningkat drastis. Ini lebih mengerikan dibanding bencana air bah sembilan tahun yang lalu. Tak ada siapa pun yang akan menolong Macica, tidak Jean pun orang-orang sekitar. Sejauh mata memandang tak satu pun objek kokoh untuk bergantung.

Tuhan, kenapa Kau membunuhku perlahan-lahan?

Macica benar-benar pasrah menyerahkan seluruh hidupnya. Ketakutannya bertambah saat dia dibawa kembali ke memori sembilan tahun yang lalu--tepat saat air bah merebut nyawa ibunya, ditambah ayahnya hilang tanpa jejak.

Ketakutannya semakin sempurna tatkala sesuatu menarik kaki Macica paksa ke dalam air. Macica membelalakkan mata saat gelondongan kayu lepas dari pelukannya.

Cukup satu tarikan lagi berhasil membuat Macica masuk sepenuhnya ke dalam air.

Sepasang mata biru ...

Macica terkesima sejenak karena cahaya biru menyala tengah menatapnya. 

Perempuan itu kembali pada kesadarannya. Dia meronta-ronta melepaskan jeratan yang kini beralih pada kedua tangannya.

Untuk kedua kalinya Macica dibuat kaget karena cairan kuning menyala ada di genggaman tangan makhluk itu, bentuknya persis seperti milik Macica sebelum diambil alih. Secepat kilat cairan tersebut ditancapkan ke lengan Macica melalui sesuatu berbentuk panjang dan runcing--menyemprotkan cairan dan meninggalkan bekas ngilu serta sedikit darah yang menguar.

Tak lama cairan tersebut bereaksi dengan mengeluarkan efek panas berlebih yang menjalar ke seluruh tubuh Macica, tak terkecuali kepalanya. Pening terasa sangat menyiksa, bersamaan dengan itu pandangannya memburam dan berakhir pada kegelapan. 

Semuanya hitam bersama dengan hilangnya kesadaran Macica.

UNDER WATER

Mata Macica mengerjap berkali-kali. Dia berusaha menyesuaikan pendangan di sekitarnya. Digerakkan bola matanya ke segala arah, berlanjut menggerakkan kedua tangan yang digandol dua benda berat, sementara itu kedua kakinya diikat kuat mengarah ke atas. Lebih jelasnya, kepala Macica berada di bawah sedangkan kakinya menengadah ke atas--Macica terikat pada tali yang melilit di sebuah gelondongan kayu.

Sekumpulan ikan berenang melalui Macica dengan santainya tanpa mengetahui gadis itu melongo menatapnya.

Rambut hitam Macica melambai-lambai seakan berusaha memisahkan diri dari kepala. Pakaiannya melayang-layang bak diterpa angin tapi bedanya ini diterpa air. Macica juga meliuk-liuk berusaha melepaskan ikatan. 

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang