1934 kata
.
UNDER WATERDi puncak tertinggi Azera, seorang pemuda menyandarkan diri ke dahan sambil mengusap permukaan papan kayu yang menjadi alas duduknya. Lengan kanannya mengusap pelan dedaunan azera, lantas ditempelkan daun hijau pekat itu ke kening pemuda itu dengan sesekali mengawasi kesibukan Azera disamping bermain dengan daun.
Rutinitas baru itu tercipta semenjak saudara angkatnya menjemput ajal beberapa waktu yang lalu. Menggatikan posisi Macica yang hobi duduk melamun, dulunya.
Pemuda itu tidak menangis, ia terlalu lelah untuk mengeluarkan banyak air mata sedangkan Macica tidak akan kembali ke pelukannya. Tetapi penyesalan akan selalu ada ketika ia tak tegas memperingatkan Macica kala itu.
"Andai aku bisa lebih tegas. Kenapa harus seperti ini?" keluh Jean frustrasi.
"Karena itulah kau harus lebih hati-hati menjaga Macica"
Jean mengira ia sendirian di puncak Azera namun di belakang dua lelaki mengenakan jubah hitam yang tak asing hampir menutupi seluruh tubuhnya terkecuali wajah putih pucatnya. Salah satu diantaranya lebih pendek dari sampingnya.
Jean berdiri hendak menyejajari lawan bicaranya, "kalian siapa? Dan ... bagaimana kalian tahu nama Macica," tanya Jean tak lupa memincingkan matanya.
"Macica ... Kak Maci ada bersama kami!" sahut lelaki pendek semringah. "Dia menunggu Kakak Jean di bawah sana!"
"Tunggu ... apa?! Bagaimana bisa kalian tahu namaku dan ... Macica mati karena kecelakaan!" sahut Jean tak percaya.
"Kudengar dari Macica penduduk Azera memiliki penglihatan sangat baik," Ruvallo mendekati Jean, menyejajari pandangannya seperti akan berduel. "Kau lihatlah sedikit jauh di belakangmu," perintah Ruvallo.
Anehnya Jean menuruti perintah lelaki berjubah yang baru ditemui itu tanpa berpikir dua kali untuk mempercayainya. Mata Jean sontak membeliak ketika ia melihat hijaunya mata Macica menatap lurus padanya yang berada di puncak Azera. Lengan Macica melambai pelan ke arah Jean, bersamaan dengan itu sepasang mata abu-abu ke luar dari permukaan air.
"Bodoh! Perempuan itu tidak bisa berenang!" sahut Jean sontak berlari menuruni tangga lilit dan melupakan keberadaan dua orang berjubah yang mengekori Jean.
Kedua orang berjubah itu melongo saat Jean lompat dari tangga lilit dengan begitu entengnya lalu secepat kilat meraih akar gantung dan mengayun dengan lihai menuruni puncak seperti angin, meninggalkan mereka berdua yang jauh tertinggal.
"Sepertinya kita harus cepat, aku merasakan firasat buruk!" perintah lelaki pendek yang napasnya mulai terengah-engah karena sisa pasokan air di dadanya mulai menipis, begitupun lelaki di sampingnya yang mengalami gejala yang sama namun enggan berkomentar.
UNDER WATER
Empat remaja terengah-engah menyisiri lautan bersama dengan rintangan yang ada. Kau tak kan bisa membedakan peluh keringat dengan air lautan karena semua telah bercampur jadi satu.
Alih-alih menghemat waktu, kebasnya tubuh mereka malah menjadi hadiah utama. Belum lagi halang rintang tersebar acak di perjalanan, dominannya para predator menanti di setiap tempat. Jika sudah seperti ini, permainan kejar-kajaran tak terelakkan. Siapa yang lihai dan gesit menyelam, peluang menjadi mangsa empuk semakin sempit.
Beruntung manusia memiliki kecerdasan jauh lebih baik daripada binatang air dengan cula pipih khas di atasnya, sehingga tingkat kesulitan melewati hiu putih hingga kawanan paus orca-pun tidaklah sesulit yang dikira. Setidaknya mereka tiba di Azera dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasia[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...