15. Jatuh

2.5K 859 37
                                    

Surai legam panjangnya menjuntai ke bawah berkibar diterpa angin. Kedua mata hijau itu mulai kehilangan cahaya harapan kala ia digantung terbalik. Kedua lengan putih pucatnya ditali pati tanpa mereka sadari gadis itu kehilangan harapan walau sekedar menggeliat.

Macica berada pada titik keputusasaan dimana ia lebih memilih diam menunggu malaikat berjubah hitam menggorok jiwanya.

Di mana letak harga diri Macica?

Hilang terhempas aturan semu, terbawa air lantas memudar perlahan. Hak Macica beserta orang-orang dengan ikatan darah yang sama dirampas semena-mena dengan begitu kejamnya. Sehebat apapun mereka, pasti akan mati mengenaskan juga.

Hancur sudah harga dirinya, digantung terbalik dikelilingi ratusan warga Azera yang mengumpati diri Macica dari segala penjuru.

Penghormatan yang Macica harapkan saat kematian menjelang dirusak bringas, karena saat ini hampir semua warga Azera atau bahkan semua yang menyaksikan menanti kematian mengenaskan Macica: eksekusi pemenggalan kepala. Hukuman puncak diperuntukkan bagi mereka yang melebihi batas aturan.

Tepat seribu meter di bawah kepala Macica perairan lepas menanti mayat Macica terlumat di saluran pencernaannya, dimakan ganas oleh predator lautan.

Pada akhirnya Macica hidup di atas air dan mati di bawah air. Pijakan mereka air, penghidupan mereka air, hingga kematian mereka ada pada air.

Lupa.

Mereka hilang kelogisan bahwa pohon Azera yang selama ini menampung seluruh detak jantung mereka bergantung pada tanah. Jangankan mengetahui tanah. Mereka bahkan tidak peduli asal-usul Azera mau seperti apa.

"Dasar tidak tahu diuntung!"

"Tuan Murov! Tunggu apa lagi? Cepat eksekusi anak Krosktan!"

"Cepat enyahlah dari dunia ini!"

Semetara di seberang Tuan Murov, Tuan Krush Walski dan Nyonya Ibhe menatap garang pria berkumis tebal itu. Mata mereka berkobar kemarahan namun sayang kedua pergelangan tangan mereka ditali pati.

"Murov! Hentikan eksekusi bodoh ini! Macica tidak patut diperlakukan seperti ini!" bentak Tuan Krush.

"Jadi ini balasanmu terhadap apa yang Tuan Sergey lakukan padamu?!" tambah Nyonya Ibhe tak kuasa menahan air matanya melihat Macica digantung seperti itu. "Dia hanya anak biasa" Tangis Nyonya Ibhe pecah tak terkira.

Sejenak telapak tangan Tuan Murov bergetar namun dengan cepat ia kendalikan dan beralih pada pedang yang tergeletak di sampingnya. Tuan Murov menulikan pedengarannya, membutakan ingatan yang melintas di kepalanya, dan menutup hatinya rapat-rapat.

"Murov! Tuan Sergey yang membuatmu dapat berdiri hingga saat ini! Tuan Sergey mengiringi langkahmu hingga kecelakaan merenggut nyawanya," raung Tuan Krush menambah kemarahan warga untuk menampar Tuan Krush agar diam.

"Bukankah kau sudah menganggap Krosktan dan Lyra itu adikmu, Murov? Lalu kenapa kau melakukan ini?" Nyonya Ibhe tidak bisa mengeluarkan amarahnya dengan tangisannya. "Simon! Di mana kau?! Apa kau tidak ingin melindungi anak dari sahabatmu? Kumohon jangan bersembunyi lagi dari semua ini," lanjut Nyonya Ibhe.

Sebuah desingan pedang yang terdengar nyaring, membungkam riuhnya mulut seluruh pasang mata ketika melihat ujung berkilat itu. Semua terfokus pada pedang yang nampak asing menurut penglihatan mereka, ini karena baru kali ini Tuan Murov menunjukkan pedang miliknya di hadapan seluruh warga.

"Tenanglah saudara-saudara! Sebelum eksekusi dimulai saya memberi kesempatan kepada Macica Yalkhi untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya," kata Tuan Murov dengan lantang menggegar.

Kedua bibir pucat Macica bergetar, tak kuat lagi menahan napas selama ini namun setidaknya sebelum detak jantungnya berhenti dia bisa untuk mengungkapkan apa yang dipikirannya.

"Sejarah Azera sepenuhnya salah. Kita bukanlah ... orang-orang yang beruntung dari bencana air bah itu. Kita terkurung ... kita bukan hidup di atas air .... Tanah adalah ... pijakan kita yang sesungguhnya"

"Bunuh gadis itu!!"

Teriak lantang salah seorang warga membuat keheningan kembali tenggelam tergantikan sorak-sorai liar para penonton menunggu puncak eksekusi.

"MINGGIR!"

Seluruh atensi beralih pada pemuda surai cokelat yang melompat tinggi sambil menggenggam sebuah pisau tak kalah tajam dari milik Tuan Murov.

Cukup sebuah sabetan kuat memotong tali tambang itu sepersekian detik, jatuhlah Macica bersama Jean ke bawah air.

Kejadian itu terlampau cepat sehingga membuat seluruh pasang mata membeliak lebar melihat aksi bunuh diri Jean. Terlebih Tuan Murov dan Tuan Simon sama-sama ternganga melihat aksi nekat pemuda itu. Tidak! Tuan Krush dan Nyonya Ibhe jauh lebih histeris melihat aksi Jean.

Sorakan warga Azera semakin panas meramaikan peristiwa tak terduga tersebut.

"Je ... an," tutur Macica putus asa.

Sedangkan si empunya mengabaikan panggilan itu karena saat ini ia sibuk memompa suntikan cairan merah muda itu pada lengan Macica.

"Cairan apa ini"

"Diamlah Macica!"

Jean bergetar ketika ia kesulitan menancapkan cairan itu pada lengannya sedangkan waktu terus berpacu dan bibir Jean hampir mencium permukaan air.

"Sial!"

Segera ditancapkan jarum tersebut asal ke lengan Jean dan dipompa kuat.

Saat setelahnya suara bedebum keras menimpa air terdengar memekakan telinga, airnya terbang berpendar ke segala arah lalu jatuh menciptakan percikan kecil lainnya.

UNDER WATER
.
.
~('-'~) ~('-')~ (~'-')~

Suatu eksekusi diadakan pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan air. Diketahui percepatan gravitasi bumi 10 m/s dengan tekanan air 24 atm :v. Diketahui berat badan Jean dan Macica jika ditotal 100 kg. Jika kecepatan angin diabaikan ...

Hitunglah:
A. Kecepatan jatuhnya mereka berdua
B. Peluang hidup Jean dan Macica
C. Cidera yang mungkin dialami Jean dan Macica, jelaskan

Gak gak ... becanda :3 soal ngawur ;3

***

761 kata
Dipublish pada Sabtu, 10 Agustus 2019

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang