"MENGHINDAR!"
Ruvallo dan Macica cepat bereaksi menghindar serangan. Tubuh mereka terpental jauh-terkena sambaran ekor cahaya-lalu terpisah jauh 'hanya' karena bola bersinar itu memelesat cepat membelah aliran sungai dan menghantam bukit yang berdiri gagah. Suaranya berkali lipat lebih berbahaya dan menggelegar, hampir menyerupai suara guntur di langit bila tak mengingat itu adalah dua peluru cahaya.
Bukit indah yang beberapa jam lalu dilewati kelima remaja hancur sebagian, membuat ceruk besar seakan baru saja didatangi meteor dari langit lantas menghantam bukit malang itu dengan tidak ramahnya. Sayang sekali tidak ada meteor yang melesat, melainkan bendadari mulut harimau yang berulah. Seperti teknik sulap mengerikan, bukit itu hilang keindahannya dalam waktu kurang dari tiga detik. Tidak ada daun maple yang berguguran juga hamparan hijau yang menyejukkan.
Ruvallo mengaduh pelan, tubuhnya remuk redam terkena kibasan belum lagi menghantam kerikil-kerikil sungai, melirik senjatanya ia malah ingin bertukar nasib karena senjata itu masih tampak sama karena (sepertinya) dirancang sedemikian rupa terhadap bantingan.
Melihat kondisi Macica, ia jauh lebih payah. Bahkan lehernya tidak mampu ditegakkan, ia berguling di antara gundukan tanah layaknya seonggok ranting terhempas angin, begitu rapuh dan tidak mampu menahan benturan.
Yegi yang sedari tadi disibukkan oleh harimau-harimau di depannya tergagap mendengar dentuman, hampir ia mati memalukan karena jantungnya copot keburu kaget. Jean dan Hebize juga demikian, tapi mereka berdua satu langkah mahir mengendalikan tubuh.
"Yegi, fokus pada lawanmu. Jangan lihat Macica dan Ruvallo!" Hebize mengingatkan di sela-sela pertarungannya dengan harimau di depan. Hebize menggigit jari, tinggal mengira-ngira kapan kiranya harimau di depan ini akan mengeluarkan misil cahaya yang serupa.
Yegi berniat memfokuskan perhatian pada harimau gagah di depannya lagi. Tepat saat ia menoleh, harimau itu meloncat tinggi-hendak merobek wajah Yegi. Tapi segera Jean memotong pergerakan harimau dengan senjata yang beralih fungsi sebagai pentungan praktis. Gesit sekali gerakan harimau, ia ringan menghindar tanpa harus membentuk tameng.
"Fokus, Yegi!" Kali ini Jean serius mengingatkan. "Kau tidak ingin mati karena lalai mengawasi lawan, bukan?"
Yegi berdecih keras. "BENDA-BENDA INI MENYEBALKAN!" teriak Yegi murka. Ia kembali melawan berbekal tangan kosong dan senjata yang disulap menjadi pentungan, mengikuti jejak Jean. "TERIMA INI WAHAI SESUATU BERKAKI EMPAT YANG CANGGIH DAN MEREPOTKAN AKU, KAK MACI, HEBIZE, KAK RUVALLO-"
"Sudah pukul saja!" sahut Jean jengkel. "Tidak perlu banyak dialog, dasar!"
Ruvallo setengah mati menahan rasa sakit yang menjalar. Pakaiannya tidak lagi seapik awal dikenakan, bagian lengan dan pahanya robek selebar diameter kerikil di sungai, rompi yang awalnya rusak malah semakin rusak karena terbaret batuan cadas. Muka Ruvallo cemong dibedaki lumpur, dua lebam keunguan ikut meramaikan, satu di sudut bibir dan satunya lagi di kening.
Susah payah Ruvallo menyangga tubuhnya yang sempoyongan, jika bukan karena semangat, tinggal hitungan menit Ruvallo mati di tempat. Tidak ... tidak untuk sekarang, ia tidak ingin berleha-leha setelah kematian sementara keempat kawannya setengah mati melawan harimau canggih ini.
Entah apa yang dipikirkan dua harimau yang ia dan Macica lawan, dua kucing besar itu kompak berjalan cepat mendekati Macica yang masih meringkuk kesakitan. Ruvallo beringsut lari mengerahkan seluruh kekuatannya sementara tangannya bergerak cepat mengaktifkan senjata. Dua misil senjata Ruvallo mendarat satu jengkal dari harimau berada, dua harimau buru-buru berpencar menghindari serangan dari arah belakang.
Beberapa detik kemudian Ruvallo berdiri di depan Macica, memasang badan. Ia punya waktu sepuluh detik untuk menyemangati Macica.
"Bangunlah, Macica, apa kau ingin mati setelah ini?" Ruvallo memulai percakapannya, ia tahu masih ada sisa-sisa kesadaran Macica yang aktif tapi membungkam bibirnya. "Petualangan kita baru saja dimulai, akan tidak seru bila kau mati saat ini juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasía[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...