1997 kata
Sabtu, 2 November 2019Pembicaraan memang manjur adanya. Kau hanya perlu sekumpulan manusia untuk menyebarkan berita terhangat lalu tinggal menunggu waktu, kapan topik menjadi panas dan menyebar rata ke seluruh penjuru. Hebatnya lagi, ada saja bumbu pemanis sebagai pengheboh suasana dan berita. Tak ayal, cerita yang setelah terbang ke sana kemari sebenarnya menjadi cerita ngawur dan parahnya kita mengangguk mafhum meyakini.
Jika sudah seperti ini, dari setiap pembicaraan yang mengangkat nama tokoh utama tidak menjamin ketenaran positif berbinar ke segala arah mata angin, malahan celaan beruntun bisa didengar si tokoh utama dan belum tentu jiwanya tahan ditempa.
Beda orang beda cerita.
Beda cerita beda tindakan.
Mungkin hal itu adalah pemaparan yang tepat untuk menggambarkan ujian yang dihadapi setiap manusia. Orang yang ringan mulut saling lempar pendapat dengan santainya tanpa mereka telaah lebih jauh keorisinilan cerita di depan sang target.
Krosktan hanya diam tidak menanggapi dan berusaha melempar senyuman pada setiap warga yang berpapasan, ia tidak lagi peduli. Toh dulu di masa remajanya, ia sering diledek kawan sekelas karena tindakan Ayahnya yang suka melanggar aturan. Gurunya tak mau kalah, menyindir Krosktan lembut--selembut desiran kesiur angin--agar hanya Krosktan yang tahu bahwa sindiran itu dikhususkan untuknya.
Saat Krosktan beranjak dewasa, memiliki posisi yang sama dengan Sergey, warga jauh lebih menghormati Sergey (setidaknya gunjingan warga pada Sergey tidak separah Krosktan) dan memandang Krosktan sebelah mata setelah apa yang jasa Krosktan berikan. Mereka memang memandang baik Krosktan sebagai topeng belaka dan Krosktan tak bodoh menyadari hal itu.
Pria itu tak ambil pusing dengan segala tindakan yang mereka perbuat selagi tidak mencampuri urusannya pula menyentuh ruang kerja dan sampan buatannya. Ia hanya sedang dilarut dalam dua hal: impian dan keluarga kecil. Motivasi Krosktan hingga detik itu tak lain dan tak bukan karena impiannya mengarungi lautan, melewati garis zona aman, dan kebahagiaan kecil yang semakin manis dikecap karena kehadiran bayi mungil cantik bermata sejernih aurora kehijauan di antara konstelasi bintang. Ya, Macica Yalkhi.
Hari-hari Krosktan dan Lyra lalui seindah sinar senja di ufuk barat, hatinya dilapangkan seluas samudra di lautan, suasana pun ikut menimpali--memberi kehangatan layaknya mentari di ufuk timur. Semua kebahagiaan tampak berjalan alami, langkah kebahagiaannya terus menapak sambil berusaha sepenuh hati mengikhlaskan kejadian yang mengiris hati walau sulit dilakukan.
Sempat terbesit rasa putus asa ketika Krosktan gagal menjadi Ayah karena kematian anak pertamanya. Nama Olivia Yalkhi sudah tersemat rapi pada bayi perempuan bernetra cokelat madu itu, kebahagiaan tumpah ruah ketika Krosktan menggendong bayi Olivia-nya. Tangisan bayi itu pecah, sama pecahnya dengan tangisan haru Lyra dan Krosktan seraya memberi pelukan hangat untuk bayi itu. Tetapi Tuhan berkehendak lain, empat jam setelah kelahiran, Bayi Olivia berhenti menangis, seolah-olah ia membisu. Kaki dan lengannya enggan bergerak kecil. Lalu pasangan suami istri itu tersadar, bayi mereka terbujur kaku membawa memori singkat dunianya ke dimensi lain, bersanding dengan Tuhan di atas sana.
“Mungkin sekarang Olivia seumuran dengan Jean … dan Macica menjadi adiknya ….” Krosktan segera sadar dan menggeleng pelan hal yang sudah terjadi. Ia menepuk kedua pipinya kuat dan membuat keempat teman di depannya menatap tingkah aneh Krosktan.
“Kalau kau ingin pipimu semerah Macica, sini kutampar lagi,” tawar Krush mendekat pada Krosktan dan bersiap menamparnya.
Krosktan menyengir dan menahan Krush mendekat lebih jauh.
Di sampingnya, Simon sibuk mengelus dahi Macica yang tengah terlelap di dekapan Ibunya, ia juga memastikan bobot Macica bertambah mengingat usianya dua tahun. “Lyra … Macica tampak rapuh,” komentar Simon.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasia[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...