Oke nih cerita makin liar aja fantasinya
UNDER WATER
Keadaannya buruk sekali; wajah mereka tak ada bedanya dengan kain lusuh bekas lap meja, napas tinggal satu dua, kaki-kaki mereka sudah tidak bisa diajak berkompromi--merengek ingin jatuh bersimpuh di atas ilalang.
Setengah perjalanan lagi mereka akan sampai ke danau mahaluas dengan pepohonan lebat yang mengapit danau itu, sedangkan tebing tinggi menjulang sebagai latar belakang pemandangan. Tempat yang mereka lalui akan sangat fantastis untuk dikunjungi jika mereka amnesia pada saat itu juga.
"Kampret! Kukira empat benda terbang itu akan menghancurkan kepalaku." Yegi terbatuk keras setelahnya, payah sekali kondisinya, seperti seorang pelari gadungan yang baru saja menyelesaikan lari marathon sepuluh kilometer tanpa henti.
"Tapi ada untungnya kita melalui semua ini." Yegi yang hendak memprotes tidak setuju langsung ditahan oleh Hebize, gadis itu kembali berucap, "harimau yang bertransformasi menjadi pesawat tempur itu pergi, jadi kita bisa beristirahat sejenak di sini. Dua, kita akhirnya mengetahui kekuatan teknologi yang kita hadapi yang artinya sangat canggih. Dan tiga ..."
Sontak empat kawannya menatap Macica yang tengah mengusap pelipis yang berkeringat. Ia memasang wajah kebingungan seolah berkata kenapa kalian melihatku?
"Aku tidak tahu kau sekuat itu, Macica." Jean menatap dengan seringaian bangga. "Kau payah memanjat, kau kalap jika berenang, bergelantung apalagi, tapi aku tidak tahu kepalan tanganmu sekuat itu."
"Permisi, Rambut Cokelat? Tidakkah kau sadar apa yang terjadi saat ini?" Pertanyaan Hebize membuat Jean memasang tampang bodoh, ia melempar tatapan pada Yegi yang juga sama-sama memasang tampang cengo.
Hebize menghela napas keras. "Tidakkah kau ingat apa yang Ruvallo jelaskan kenapa kita dikurung ke dunia ini? ... kita berbahaya, ya ampun."
Yegi menopang dagu, mengabaikan pelipisnya yang masih mengucur keringat deras. "Jadi maksudnya apa?"
Ruvallo berkata, "Macica membuktikan sesuatu pada kita secara tak sadar, alasan konkret kenapa kita berada di dunia ini. Kau lihat kekuatan Macica tadi, bukan? Tidak normal bila seorang manusia bisa memukul lima harimau super canggih dengan tangan kosong, dipikir dari sudut pandang apapun itu tetap tidak normal." Ruvallo memperbaiki posisi duduknya di atas ilalang, sejenak membuat dua orang di depannya—Jean dan Yegi—gemas. Pasalnya Ruvallo tampak ogah-ogahan menjelaskan. "Kekuatan Macica cukup membuktikan bahwa kita makhluk yang berbahaya, ada potensi besar yang bersemayam di tubuh kita, sekali mengaktifkannya daya ledak—kekuatan—itu cukup untuk menghancurkan harimau-harimau itu dengan mudah. Untuk kali ini, Macica yang pertama kali berhasil mengaktifkan kemampuannya."
"Tunggu dulu." Jean menyela penjelasan Ruvallo. "Jadi karena ini kita ditahan? Karena kita berbahaya?!"
"Bodoh sekali kau, Rambut Cokelat," cibir Hebize. "Juga naïf," imbuhnya.
"Tidak, Jean, bukan itu yang menjadi alasan utama kenapa kita ditahan di dunia buatan se-kompleks ini," sahut Macica yang sedari tadi menyimak.
"Lalu--?" Jean tak ambil pusing dengan cibiran kasar Hebize—balas dendamnya nanti saja. Hebize pasti akan menyesal asal berbicara dengan sok.
"Astaga ... apa itu di depan kita!" Ruvallo menyentuh pelipis kirinya, letak sensor pendeteksi panas berada. Ia menatap ke arah utara, di mana danau yang diapit hutan mini dan tebing yang menjadi latar belakang. "Tidak mungkin ... banyak sekali jumlah mereka."
Tanah bergetar halus saat mereka buru-buru memasang kuda-kuda. Lupakan soal diskusi karena ada yang lebih genting dari pertanyaan yang di mana jawabannya akan mereka temui dengan sendirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasy[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...