50. Sekarat

1.6K 438 103
                                        

Fisikku tak lagi seprima tadi. Kali ini sengaja kukurangi kecepatan dan sedikit mengambil jeda rehat barang sepuluh detik sebelum kembali berlari. Tangan kiriku juga tak lagi bisa mengayun demi menambah irama kecepatan berlari sebab kini ia tengah menutupi luka di perutku—itu adalah tindakan spontan yang tak kuhendaki; sepertinya tubuhku mulai kelelahan setelah melalui banyak rintangan. Apakah semua yang kulalui ini bisa dijadikan alasan?

Apa kabar dengan Ruvallo nun jauh di sana? Ingar-bingar ledakan terdengar semakin liar; getaran yang menjalar di tanah sanggup menggerakkan kerikil-kerikil kecil. Saat aku menengadah kepada langit, kepulan asap pekat hilir mudik tertiup angin.

Ruvallo—entah apa yang tengah ia lakukan seorang diri—sungguh luar biasa tangguh. Jika bukan karena kemampuan yang ia miliki, aku ragu Ruvallo dapat menginjakkan kaki di arena utara, ia mungkin sudah tercerai-berai dikeroyok pasukan. Aku pun juga merasa demikian: seakan kami diberi kekuatan yang tiada batasnya. Namun, selagi kaki ini terus berlari, pikiranku juga ikut berputar cepat, aku merasa kekuatanku tidak akan bertahan dengan lama.

Aku baru saja diserang dalam sekali tepuk oleh Cebol yang kini menyatukan diri bersama pasukan; hanya dalam sekali tepuk aku dapat dihancurkan padahal tadi aku baik-baik saja dalam pertarungan. Mungkinkah tekanan yang eksekutor tunjukkan mampu membuatku lemah atau aku baru saja merasakan limit dari kekuatan yang diberikan? Kukira aku dapat berlari bebas menyibak pepohonan seperti sedia kala meski goresan luka menghiasi perutku, tapi aku sedikit ... sedikit kepayahan akibat nyeri yang ditimbulkan.

Atau mungkin karena faktor lainnya seperti racun misalnya. Tidak mungkin cebol itu telah melumuri bazokanya dengan racun sebelumnya, bukan?

Kuseka peluh di dahi dan leher. Memikirkan racun itu mulai merayapi tubuh (jika pradugaku benar) ternyata mampu mengganggu perfoma. Daripada memikirkan hal yang tidak penting ada baiknya aku terus berlari dan memusatkan tujuan: aku akan datang membantu Ruvallo membuat kekacauan; mengulur waktu; menunggu kedatangan Tuan Murov yang telah dijanjikannya.

Cidera di perut cukup mengganggu, tapi daripada itu, aku memiliki kekuatan yang luar biasa untuk kupergunakan saat ini ketimbang mengeluh akan nyeri yang menusuk ratusan kali. Andaikata aku mati itu sudah pasti, dengan cara apa dan bagaimana urusan belakangan. Ruvallo yang berada tepat di balik koloni pepohonan kanopi kini tengah menunggu uluran tanganku, memikirkan hal semacam ini kurang berfaedah.

Kuaktifkan arloji yang mengukung erat di pergelangan tangan, cahaya birunya selalu berhasil membuatku takjub dan bergairah di saat-saat seperti ini. Kujauhkan tangan kiri dari perutku seiring kaki mendekati arena pertarungan yang sebenarnya. Siluet tubuh manusia, beserta senjatanya, dan bala bantuan yang menjadi benteng pertahanan semakin tampak jelas di balik pohon-pohon kanopi.

Kala kusibak semak belukar terakhir maka aku telah resmi memasuki arena utara; pertarungan hidup-mati.

Rentetan ratusan peluru dan misil yang menyambutku berhasil kuhindari. Aku bergerak zig-zag menghindari serangan sambil terus maju ke depan—ke arah pasukan yang berjajar di depan.

Beberapa saat kemudian aku berhasil mendekatkan diri pada garis depan, seketika kulayangkan kepalan tangan andalan yang telah kupersiapkan dengan matang--menghantamnya telak ke tanah. Pasukan di kanan-kiriku terpelanting ke udara dan terhempas begitu saja kala kepalanku mengenai tanah yang kini membentuk lubang menganga dan retakan di sekelilingnya.

Secepat angin aku bergerak menyerang mereka yang ada di dekatku. Kubuat sebuah katana lidah panjang dan tajam lalu segera menghunuskannya ke arah mereka yang lalai dan luput—bagai menebas rumput ilalang kubantai mereka secepat mungkin. Tidak ada darah yang mengucur sebab alat menyerupai pedang atau katana ini hanya melewati tubuh korban seperti benda transparan, sebagai gantinya suara teriakan dan gedebuk tubuh cukup membuktikan bahwa organ dalam mereka telah hancur kutebas.

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang