5. Menuju Maut

4.7K 1.1K 38
                                    

Sebuah buku kuno dengan kotak mungil berukir tergenggam erat di kedua tangan Macica. Mata lelahnya menatap pemandangan pagi dari balik jendela kamar, sedangkan raganya melayang entah ke mana. Macica mematung cukup lama-merenungi buku yang baru dibacanya beberapa waktu lalu.

Selepas Macica membaca halaman pertama buku kuno tersebut, Macica memilih untuk pergi mengamankannya bersama kotak mungil ke kamar. Kali pertama Macica mengabaikan rasa penasarannya untuk membuka kotak. Dia terlalu syok membaca halaman pertama dari buku. Pasalnya kata-kata itu mengandung sebuah rahasia dan ancaman secara bersamaan. Bukunya tidaklah tebal seperti buku sejarah Azera. Bukunya berukuran sedang dengan ketebalan sekitar satu sentimeter.

Setelah setidaknya memiliki cukup keberanian, Macica beralih pada kotak mungil berukir. Sedikit ragu dia membuka kotak tersebut. Macica memiringkan kepala sekaligus merasa takjub dengan isi kotak. Kuning, cair, dan bercahaya. Terbalut dalam suatu wadah bening keras transparan berukuran dua ruas jemari Macica. Macica mengocok cairan tersebut.

Macica menggelengkan kepala. Dia kebingungan menatap cairan bercahaya aneh yang digenggamnya, ditambah lagi wadah tembus pandang yang dilihatnya. Wadah yang tak pernah Macica lihat di Azera sekalipun.

Macica memasukkan cairan tersebut ke dalam saku bajunya lalu kembali pada buku kuno tersebut. Dengan pelan jemarinya membuka halaman kedua lantas membacanya.

Halaman 2:

Bukan sekadar peringatan belaka bila kita mencoba melihat sejarah Azera ke belakang.

Dikisahkan dalam sejarah Azera bila kita adalah golongan dari generasi yang beruntung. Seribu tahun yang lalu alam tak lagi menoleransi tindakan manusia sehingga mereka mengeliminasi kita dengan wabah air bah-Nya-mengubur semua peradaban di bawah air.

Azera diklaim menjadi satu-satunya pohon yang bertahan kemudian menjadi naungan hidup kita. Kita kembali memulai peradaban dari nol. Memulai tahun dari satu, bulan dari nol, dan hari dari nol.

Tahun di Azera dimanipulasi sejak awal, lantas sebenarnya kita hidup di tahun berapa? Mengapa tidak melanjutkan tahun dari peradaban lampau sebagai tanda peradaban manusia masih bertahan?

Kita manusia diberkahi akal oleh-Nya, memberi kita pilihan untuk tetap diam atau terus melangkah maju. Seribu tahun bukanlah waktu yang singkat untuk membangun kembali peradaban dari pengetahuan yang diajarkan nenek moyang. Seharusnya kita sudah berkembang maju dari yang tampak.

Menurutmu mengapa peradaban kita terasa begitu lamban?

Kita para pencari kebenaran hidup di antara manusia yang menutup mata dan telinga; yang menganggap Negeri Azera lebih dari kata cukup. Aku tak merasakan jiwa mereka yang telah dibutakan oleh segala tentang Azera.

Macica kembali menutup mata 'tuk sejenak dan mengatur napas dalam-dalam. Entah mengapa setelah membaca halaman kedua dia semakin bingung. Bukannya mendapat jawaban, dia justru mendapat banyak pertanyaan. Ini tidak tampak seperti buku teori buatan Tuan Krosktan---bahkan tak terlihat seperti tulisan tangan ayahnya. Sayang sekali tanggal penulisan tak disertakan sehingga Macica tak tahu kapan tepatnya buku ini ditulis.

Dibukanya lembaran ketiga dan Macica mulai siap membaca kembali buku tersebut. Namun dia dikejutkan oleh suara ketukan dari balik pintu kamarnya. Buru-buru Macica menyelipkan buku kuno tersebut ke dalam bantalnya. Dia menormalkan raut wajahnya yang gusar, lalu pergi membuka pintu kamar.

Di sana ada dua orang yang dikenalnya beberapa waktu yang lalu tengah duduk di ruang tamu, menanti Macica.

UNDER WATER

Mendadak atmosfer seketika menjadi mencekam dan menyesakkan. Jean, Tuan Walski, dan Nyonya Walski menanti penuturan Macica-lebih tepatnya pengakuan Macica. Ternyata gerak-gerik Macica telah diketahui oleh Tuan Murov dan Tuan Simon saat dia kembali berkunjung ke ruangan ayahnya.

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang