Krusial

2.6K 745 74
                                    

Coba baca sekilas chapter Relasi kalau kalian mungkin lupa alurnya, ini aku mau ngelempar kalian ke zamannya Krosktan lagi.

***

Patrol petugas paling aktif dilakukan saat malam hari, di mana setiap insan terlelap dengan buaian mimpi. Simon yang baru-baru ini menekuni pekerjaan ini terbiasa dengan rendahnya suhu yang menerpa wajah hingga kepala botaknya. Teringat kala Simon mengatupkan gigi rapat-rapat sejak awal mengikuti seleksi, hingga flu berat berhasil menyerobot masuk ke sistem imun yang hampir membuat Simon kalah diawal seleksi jika bukan karena semangatnya.

Simon mendadak gila, cekikikan tak keruan di belakang Murov ketika mengingat kembali masa-masa itu. Murov awalnya menoleransi tingkah Simon, namun kelamaan dibiarkan cekikikannya makin tidak terkendali. Segera Murov menyentil keras si botak mencetak semburat merah tepat di botak.

Murov lantas memerintahkan Simon untuk berjaga di wilayah timur sedangkan pria berkumis itu hendak ke sektor bawah sejenak. Simon mengiyakan sembari memberi hormat pada atasannya lantas pergilah Murov ke wilayah yang dimaksud.

Dermaga baru dibuat itu ada semenjak keberhasilan Krosktan menyempurnakan sampan sederhana Ayahnya. Untuk kali ini Krosktan berfokus pada pembuatan perahu yang lebih rumit dan tahan terhadap hantaman alam untuk ekspedisi pertamanya. Murov mengetahui info tersebut dari bisik-bisik warga yang mencemooh Krosktan, akan ada dua atau tiga orang yang menjadikan Krosktan sebagai topik utama setiap harinya seolah topik mengenainya lebih menarik dan panas digunjing.

Bedebum boots menghantam kuat permukaan papan dermaga. Menggema diantara deburan ombak mengiringi langkah seorang pria berjubah kelam dengan kerlingan malam nan tajam. Langkahnya sama gagah seperti Murov namun yang membedakan aura suram mengisi roh bengisnya. Siapapun yang meliha lebih memilih menunduk dalam jika memang bukan tandingannya. Namun Murov masih memiliki nyali untuk bertemu kembali dengan orang yang menghilangkan jari kelingkingnya. Itu lebih baik daripada pria itu kehilangan kepala.

"Kuberi kau kesempatan kurang dari tujuh tahun untuk menjauhkan Krosktan dengan ambisi kuatnya itu. Jika kau gagal bunuh dia atau kuhancurkan separuh Azera! Ancamanku tidak main-main, Murov," tutur pria itu membuat Murov murung dibuatnya. "Ingat! Hanya kita yang mengetahui ini."

Suara decitan terdengar lirih di belakang Murov bersamaan dengan siluet kepala plontos terpapar remang bulan di sela-sela dedaunan. Ketika Simon hendak pergi, pria itu melompat liar lalu melempar pisau-- mencegah Simon melangkah lebih jauh.

Simon segera berbalik dan melayangkan pukulan namun berhasil ditahan pria tersebut. Secepat kilat kaki kanan pria itu melayang dan menghantam kuat sisi samping tubuh Simon dan membuatnya terguncang dan terguling di samping Murov.

Simon kembali bangun secepat angin hendak menyabet pria itu namun moncong di balik jubah itu melontarkan benda kecil, sesaat suara dentuman terdengar dan setelahnya benda itu berhasil memuncratkan darah segar tepat di perut Simon--dengan enteng membuatnya bertekuk lutut. Sejurus kemudian moncong itu mencium dahi Simon bahkan sebelum ia menengadah.

"Saksi mata harus dibunuh," tutur dingin pria itu.

Otak Simon yang akan hancur dalam  sekali tarikan pelatuk berhasil ditahan Murov.

"Tidak! Kumohon jangan," kata Murov

"Apa jaminanmu?"

"Aku akan menjadikan dia kaki tanganku"

Moncong senjata itu mendorong kepala Simon ke belakang dengan santai seperti menuding dahi Simon dengan sebilah kayu.

"Kau pikir aku percaya begitu saja, Murov?" pria itu tertawa hambar. "Tidak semudah itu."

"Aku akan membunuh Krosktan jika memang itu jalan terakhir," suara Murov bergetar lalu meneguk saliva kasar. "Bahkan bila penerus Krosktan bertindak ... aku akan memenggal kepalanya." Suara Murov lirih disapu angin.

Pria itu menyeringai, "Hoo Menarik. Kuharap kerjamu lebih cepat dengan menjadikan si botak ini sebagai asistenmu," kata pria berjubah sekelam malam. "Atau pohon ini tinggal nama."

Pria itu lantas menyibak kuat jubahnya dan melompat lincah diantara akar gantung sebelum tertelan di balik sisi Azera tak terdeteksi keberadaannya.

Murov mencegah Simon yang hendak menyusulnya dan mengisyaratkan pada si botak itu untuk bungkam. Sebelum Murov melancarkan aksinya untuk mengutil benda yang bersarang pada perut Simon--ia sempat menjelaskan ketidaktahuan Simon.

"Nama senjata itu pistol dengan peredamnya, yang bersarang di perutmu namanya peluru. Kita tidak apa-apanya dengan pria yang memiliki senjata itu."

Sesekali rintihan tertahan membuat ngilu pendengaran Murov, ia tahu ini tidak berperikemanusiaan tapi tindakan menarik peluru dari perut Simon jauh lebih baik walau darah berceceran di sana. Murov berkata lirih, berulang kali, "Bertahanlah. Jangan menyerah. Kau tidak semudah itu terkalahkan oleh timah kecil ini."

Berkali-kali pria berkumis itu menyemangati, agar Simon mau bertahan sekali lagi dari tindakan penyelamatan yang dirasa seperti tengah memasukkan benda asing ke dalam perut lalu mengobrak-abriknya. Napas Simon tinggal satu-dua saat merasakan sesuatu menyakitkan di perutnya keluar.

Simon mula-mula tidak mengerti apa maksud dari perkataan Murov, seiring operasi kecil yang menyiksa berlangsung hingga pemasangan perban selesai Simon semakin paham apa yang terjadi. 

Mulai dari Murov sendiri yang terlahir awet muda dan dibekali tubuh yang segar bugar serta penglihatan elang. Ternyata semua itu adalah konsekuensi yang ia dapat dari ingatan sempurna yang Murov miliki.

Murov adalah eksperimen gagal dari hasil karya orang berjubah putih dengan papan transparan di genggamannya. Alhasil ingatan yang dimilikinya terlampau berbahaya bila dibocorkan, maka dari itu diutus orang-orang yang memata-matai para kelinci percobaan gagal ini yang tersebar di beberapa tempat.

Tugas mereka hanya satu: membunuh tanpa tercium anyir darahnya. Karena bisa berbahaya bila orang dengan ingatan ini berhasil memengaruhi lainnya walau hingga saat ini sangat sedikit prosentase kelinci yang terkena arus pengaruh kelinci dengan ingatan berbahaya ini.

Satu diantara para eksekutor cukup mengerikan bila Murov terka. Ia suka bermain nyawa dan menjadikan Murov tak berkutik dengan ancaman sungguhan dia. Pria ini bahkan tak segan-segan memangkas satu jari Murov agar pria berkumis ini semakin takut dan patuh atas perintahnya. Maka dijadikanlah Murov sebagai 'senjata mainan' baginya.

Kemampuan lihai dalam berlakon dan memainkan senjata sudah tak diragukan lagi, ditambah sebuah fitur menarik dari para ilmuan yang membuat si eksekutor ini nampak lebih muda dari usia yang sebenarnya, serta merombak ingatan seluruh kelinci percobaan di lokasi tertentu agar kelancaran misi menyentuh angka 101% yang artinya tanpa kegagalan.

"T-tunggu Tuan Murov! Maafkan aku yang memotong penjelasanmu. Aku akhirnya tahu siapa pria itu dan alasan dibalik wajah awet mudamu. Jika diingat kembali wajar bila Tuan Murov berkata demikian karena murid dari Tuan Sergey tapi ... bukankah kita hidup di atas air selama ini?! Daratan sudah lama dipendam air di bawah sana. Sejarah mengukir itu."

Murov menegak saliva lantas memejamkan matan, sulit rupanya bila menjelaskan pada Simon yang bukan bagian dari Murov--kelinci gagal--jelas sekali Simon adalah kelinci sempurna yang sulit dipengaruhi, ibarat meyakinkan Simon bahwa bumi itu sesungguhnya datar. Murov menggeleng pelan. Jangankan teori bumi datar, logika Simon--yang teracuni--bahkan kesulitan memahami penjelasan sederhana Murov tentang kebenaran dunia yang mereka tempati, karena pada dasarnya memang ini yang mereka yakini.

"Tuan Sergey tidak salah! Dengarkan aku, Simon! Sejarah yang kita yakini, air, matahari, udara bahkan pohon yang kita pijaki tidaklah nyata! Perlu kau ketahui kita hidup terkungkung dalam sebuah kuba di atas dataran Rusia!"

"Rusia? Apa itu Rusia?!"

Murov sungguh ingin menempeleng botaknya saat itu juga, berhubung dia kelinci yang tidak tahu apa-apa Murov hanua bisa diam mematut diri.

Selasa, 29 Oktober 2019
- kata

Update-nya tak lambatin dulu.

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang