35. Aku

1.4K 489 22
                                    

Di bawah rembesan air yang melewati sela dedaunan, Macica masih duduk mengungkung seseorang di pangkuan; masih duduk kuyu di bawah sebatang pohon rindang; diam kaku menatap kawan menutup mata. Sebut namanya Hebize, tapi jangan panggil namanya sekarang, karena Hebize sedang tidur di pelukan kawannya. Ia kelelahan, jadi Macica membantu Hebize untuk tertidur lelap meski di bawah guyuran hujan.

Panggil ia Hebize, tapi jangan menyapanya sekarang karena ia kepalang lelah. Matanya menutup damai dan segala beban telah dilimpahkan pada langit-langit tertutup awan. Jadi sekali lagi, jangan bangunkan ia dari tidur terbaiknya. Kawannya masih mengatupkan bibir-tidak ingin mengusik tidur lelap Hebize-maka ikutilah gerak-gerik kawannya.

Ada masa-masa hujan di mana kawan Hebize betah mendongak ke atas: melihat gelapnya awan dan rasa rela wajahnya diguyur tetesan air-ia senantg, tak keberatan malahan. Tapi ada masa di mana kawan Hebize menunduk dalam, mengabaikan ketukan hujan-membiarkan airnya turun melewati sela-sela akar rambut yang tertanam. Hujan datang menemani kawan Hebize yang masih memeluknya-kali ini kawan Hebize mengatakan untuk kali pertama bahwa ia benci hujan.

"Kenapa hujannya tidak mau reda?" tanya Macica pada Hebize (tepatnya pada dirinya sendiri).

"Aku harus membawa Hebize pergi .... Tapi hujannya tidak mau reda."

"Tidak apa-apa kalau aku kedinginan, tapi jangan sampai Hebize kedinginan."

"Nanti Hebize sakit ... kalau Hebize sakit, siapa lagi yang akan kuajak berbincang?"

"Jean dan Yegi sudah saling akrab ... aku tidak ingin terlibat dalam percakapan mereka. Ruvallo pastilah mengira aku cerewet jika aku banyak bertanya."

"Jadi aku harus bicara pada siapa?"

Macica menyeka pelipisnya. "Apa yang harus kukatakan pada mereka bertiga tentangmu Hebize?"

"Hujan ini tidak mau reda ... aku harus bergerak sambil menggendongmu-kita akan pergi bersama-sama, aku janji."

Macica bergerak memakaikan Hebize jubah seadanya yang masih tersimpan rapi di kantong tersembunyi, ia menaikkan tudung sampai menutupi kepala Hebize. Macica mulai menggendong Hebize di punggungnya-membawanya pergi menembus tetesan air hujan. "Kita harus pergi ke utara, Hebize, lalu jika kita bertemu dengan orang-orang luar sana, kita bicarakan kebebasan yang kita inginkan baik-baik."

Namanya Macica, ia tidak pernah mendominasi percakapan. Ia tidak banyak berbincang jika bukan karena keinginan. Ia hanya harus melakukan sesuatu tanpa banyak bicara. Tapi kali ini berbeda, Macica berubah menjadi seseorang paling cerewet di dunia. Di antara pepohonan yang membisu dan hujan yang menderu, mereka masih kalah seru dengan Macica yang bercerita banyak hal.

"Aku yakin mereka bertiga bisa menyelesaikan hambatan di sana. Aku tidak mendengar dentuman apapun ... mereka pasti berhasil melewati." Macica bergerak hati-hati melewati semak belukar dan cerukan yang tertutup paku-pakuan. "Kita kuat sekali, bukan? Bisa melawan pasukan canggih seperti mereka-sebenarnya ini tidak masuk akal, tapi gen istimewa yang kita miliki cukup untuk dijadikan alasan kuat."

"Aku bodoh sekali, bukan? Faktor ini saja tidak bisa menjelaskan, maksudku tentang keistimewaan yang memuakkan ini ... kau tahu Hebize? Aku bahkan jarang sekali masuk kelas untuk mendengarkan guru-guru-ah entahlah apakah orang-orang itu masih bisa disebut guru, aku sungguh tidak terima cara mereka mengajar ..."

Kita tahu Hebize tidak akan bisa menanggapinya lagi.

"Hei Hebize, aku mempunyai seorang ayah yang hebat sekali! Ayah mampu membuat kapal besar hanya dengan kedua tangannya, dan satu lagi, Ayah adalah orang pertama yang berani menjelajahi perairan Azera. Aku tidak tahu di mana Ayah saat ini ... apakah Ayah sudah sampai di sisi luar kuba, ya? Ayah lama tidak kembali ke Azera. Aku hampir melupakan wajahnya, yang kutahu Ayah memiliki rambut dan mata yang sama denganku."

Macica memperbaiki posisi Hebize yang melorot di belakang punggungnya lantas ia kembali melanjutkan. "Mata Ayah indah sekali, bening seperti air. Seluruh dedaunan yang kita jumpai masih kalah indah dengan hijaunya mata Ayah ... mungkin hanya itu yang tersisa di ingatanku."

"Ibu juga demikian, aku hanya ingat Ibu pernah melarangku keluar Azera, tatapannya tegas dan Ayah takut dengan Ibu ... pukulan Ibu menyakitkan bagi Ayah, walau bagaimanapun Ayah tetap mencintai Ibu." Macica tertawa kecil. "Hanya itu yang kuingat ... tidak ada lagi yang tersisa dari cerita Ayah dan ketegasan Ibu. Aku merindukan mereka, Hebize, sangat merindukan mereka."

"Ibu pernah berkata aku harus kuat, aku ingin berkata bahwa aku tidak sekuat itu. Aku berusaha kuat mengikhlaskan Ayah dan Ibu, pada akhirnya aku hanya menjadi seorang gadis perenung yang lemah. Aku bahkan tidak tahu apakah aku bisa 'kuat' membawamu ke utara, Hebize."

"Ini menyakitkan ... aku bahkan tidak bisa memeluk jasad Ibu untuk terakhir kalinya, Ayahku tidak pernah kembali membawa kapalnya, dan aku menggendong jasad kawanku di bawah hujan. Hebize kedinginan, aku kesakitan."

Macica jatuh bersimpuh, rasa kuat yang dimilikinya balik menyerang tubuhnya. Ia masih menggendong erat Hebize yang membisu. "Bagaimana dengan kawanku di seberang sana?" Macica menengadah menatap hujan yang enggan berhenti. "Apa aku masih bisa berdiri lagi setelah ini?"

"Apa salah kami?! Kami hanya minta hak hidup kami kembali, kenapa kalian renggut orang-orang ini! Kenapa kalian renggut Ayah Ibuku, kawanku, hidupku, harapanku, kenginganku!"

Gadis itu berteriak, ia mengeluarkan apa yang menjadi beban hatinya. Hujan kalah menandingi teriakan pesakitannya, hingga semua berakhir untuk waktu yang cukup memilukan didengar, Macica jatuh ... 'pukulan terkuat' telak mengenai Macica. Ia bersenggukan menyuntuh dadanya yang sakit.

"Masih belum ..." Macica menatap Hebize yang tergeletak di sampingnya. "Aku akan membawa keinginanmu, Hebize." Macica bergetar menangkup dinginnya tangan Hebize. "Aku akan membawa harapan kita semua sampai di ujung utara ... tujuan kita."

"Tapi sebelum itu ... biarkan aku menguburmu dengan layak."

UNDER WATER

845 kata

Minggu, 26 Januari 2020

.

Hoe aku masih bisa apdet ternyata, walo makin diundur. Nih buat klean, pendek aja, gak usah jangpanjang

.

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang