Jean merasa tidak nyaman dengan tali boots yang mulai melonggar, ia kontan menunduk memperbaiki simpul agar semakin nyaman dikenakan. Baru saja Jean menunduk, sesuatu mengarah padanya dan membuatnya terpental beberapa meter dengan keadaan meringkuk melindungi kepala dari hujaman serpihan kayu dan tanah yang berhamburan bebas.
"Apa-apaan—aku hanya memperbaiki tali boots, bung!"
Jean langsung berlindung di balik bebatuan—tempat di mana Macica berlindung. Ia mengumpat kesal karena tiga hal: Penglihatan super mereka tidak berfungsi optimal karena rapatnya pepohonan, dua objek yang dikira kawan ternyata duo lawan, dan Jean akan mati jika bukan karena bantuan boots-nya.
Jean meneguk air liur kasar. Pohon lapuk yang disandarinya dalam hitungan detik hancur sebagian menyisakan bagian lapuk yang menghitam dengan kepulan asap melambai di udara. Pemuda itu mengelus lembut boots lusuhnya yang masih belum terikat sempurna lalu kembali melakukan aktivitas meminting pada boots-nya.
Sambil mengikat tali boots, Jean melambai pelan ke arah Hebize di seberang yang berlindung di balik pohon yang berbeda. Matanya awas menilik ke depan sambil menenteng dua belati di genggaman dan membiarkan laras panjangnya di punggung belakang. Hebize melirik Jean dan bisa menangkap gerakan bibirJean. Musuh. Begitulah yang Hebize tangkap.
"Cih! Si cokelat bodoh! Andai dia tidak merunduk, aku tak perlu repot-repot membunuhnya," gumam Hebize kesal saat melihat Jean yang malah sibuk mengikat tali boots-nya seakan ia bersiap hendak bertamasya. "Bodohnya lagi aku menelan bulat-bulat omongannya!"
Jean mulai mengarahkan belalai panjang senjata legam di genggaman pada musuh jauh di depan. Ia mengikuti apa kata alat pendeteksi panas katakan lalu mengarahkan moncong tepat di titik vital salah satu musuh. Telunjuk Jean bersiap menarik pelatuk namun urung karena Macica menahan punggung tangan Jean.
"Tadi kau katakan mereka Ruvallo dan Yegi, sekarang musuh. Mana yang benar?" tanya Macica menekuk alis.
"Tidakkah kaulihat apa yang sedang kulakukan?!" desis Jean.
"Bagaimana kauyakin mereka bukan Ruvallo dan Yegi?"
"Sejauh alat ini mendeteksi tidak kutemukan manusia yang diam meringkuk di bawah belukar menunggu keadaan tenang selain manusia yang mengacungkan senjatanya ke arah kita—ralat! Aku maksudnya."
"Kurasa mereka Ruvallo dan Yeg.i"
"Bagaimana kauyakin mereka Ruvallo dan Yegi?" tanya Jean melempar pertanyaan hampir sama.
Macica semakin menekuk alisnya. Jean mengalihkan pandang ke objek yang dicampakkan yang masih diam kaku seperti masih menyesuaikan senjata sebelum menembak. Lamban, pikir Jean.
Jean bersiap menarik pelatuk. Macica mengambil ancang-ancang untuk ...
Lari meninggalkan Jean dan Hebize di garis belakang. Hebize melotot sedang Jean terjungkal mengejar. "Macica!" teriak mereka berdua lantas berlari mengekori.
Sekarang gantilah posisi. Macica di depan yang diekori—atau lebih tepatnya dikejar oleh Jean dan Hebize yang seperti hendak menahan Macica yang mulai bertindak nekat. Macica membopong senjata yang tingginya hampir sepundaknya dengan gigih.
Tak lama acara kejar-kejaran berlangsung, butir besar itu melesat lima meter di depan Macica yang membuatnya terdorong ke belakang, berguling cepat, dan menghantam semak belukar. Jean dan Hebize benar-benar tegang di belakang lantas mempercepat pacuan. Pantang mencoba, Macica kembali berlari sebelum dua orang di belakangnya berhasil meraih lengannya.
"Apa begini caramu membuktikan pada kami jika di depan sana si Kakak-Adik? Hei aku percaya Macica! Sekarang kembalilah dan berlindu—!" teriak Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasy[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...